Judul | Abstract | Halaman |
---|
Echo Data Hiding Steganography and RSA Cryptography on Audio Media | Steganografi adalah teknik menyembunyikan informasi menggunakan media sebagai inang. Dalamteknik ini, informasi tersebut dibagi menjadi beberapa bagian dan disebarkan pada media. Informasi yangdisembunyikan dalam media tersebut harus memenuhi batas maksimal yang dapat terkandung dalam suatumedia. Jika tidak, media aslinya akan tampak mencurigakan karena telah berubah dari bentuk normal.Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode steganografi dan kriptografi dalam aplikasi chatting.Steganografi menggunakan metode Echo Data Hiding, sedangkan kriptografi menggunakan RSA. Kriptografiini digunakan untuk meningkatkan tingkat keamanan. Dengan demikian, akan lebih sulit untuk memecahkanpesan. Penelitian ini menggunakan file audio wav sebagai inang. Untuk menjalankan sistem, terdapat beberapalangkah. Pertama, pesan yang akan dikirim akan dimasukkan dalam file gelombang audio menggunakan metodeEcho Data Hiding, kemudian dienkripsi menggunakan algoritma RSA. Sesampainya di tujuan, untuk mengambilpesan asli, dilakukan langkah ekstraksi dari file gelombang audio untuk memperoleh pesan cipher. Kemudian,pesan cipher didekripsi dengan menggunakan kunci pribadi RSA.Hasil percobaan menunjukkan bahwa pesan ekstraksi metode Echo Data Hiding memiliki tingkat pemulihanyang terbaik pada nilai amplitudo 0,7. Namun, mekanisme ini memiliki efek samping dimana kualitas suaramenurun dibandingkan dengan file asli yang dihitung menggunakan uji SNR. Namun, penurunan ini masihdapat ditoleransi (<= 20 dB). Dalam hal ukuran file, metode ini menghasilkan ukuran file yang sama sepertiukuran file asli audio. Dengan demikian, pencantuman informasi pada media tidak akan mencurigakan. Kekuatanmekanisme ini diuji dengan menggunakan konversi media dari format wav ke mp3 dan sebaliknya, danmenghasilkan ketahanan yang tinggi yang ditunjukkan tanpa adanya kehilangan pesan yang dikirim. Hal inidikarenakan penggunaan lebih dari satu sampel untuk menentukan setiap pesan bit yang diekstrak. | 1-9 |
Pollutant Dispersion in Some Fishing Coast Areas of East Java Indonesia | Keberadaan pantai muncar yang tercemar telah menarik perhatian pemerintah local. Indikator yang dapat menunjukkan adanya pencemaran tersebut ditunjukkan dengan nilai Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), N-ammonia, and Fat and Oils. Ada beberapa industri perikanan yang terletak dekat dengan posisi pantai Muncar, Sampel diambil dari beberapa keluaran pembuangan limbah dari beberapa industri yang letak keluaran pembuangan sang at berdekatan di tiga area pantai. Keluaran limbah dari beberapa industri yang diambil mengalir ke sungai yang ada di masing-masing cluster. Tulisan ini menunjukkan model dispersi polutan di tiga sungai yaitu Kalimati, Kali Tratas dan sungai irigasi. Hasil simulasi menunjukkan laju dispersi di sungai irigasi adalah yang tercepat dibandingkan dengan laju dispersi di dua sungai yang lain. Waktu yang dibutuhkan untuk konsentrasi COD dan TSS mencapai nilai 0 ppm , pada jarak 100 meter ke arah axial dari sumber pembuangan di sungai irigasi adalah 2000 detik. Dibutuhkan waktu yang sama untuk kandungan N-ammonia, minyak dan lemak yang ada di sungai irigasi mencapai nilai 0 ppm, pada jarak 60 meter dari sumber pembuangan di sungai irigasi. Dibutuhkan 24500 detik untuk membuat konsentrasi COD, TSS, Nammonia, minyak dan lemak mencapai 0 ppm di Kali Tratas pada jarak 200 meter panjang sungai dan 4 meter Lebar sungai dari sumber pembuangan. Sedangkan, untuk Kalimati, dibutuhkan waktu 24500 detik untuk konsentrasi COD, TSS, N-ammonia, minyak dan lemak untuk mencapai 0 ppm, pada jarak 200 meter panjang sungai dan 2.4 meter Lebar sungai dari sumber pembuangan limbah. | 10-14 |
Hydrocracking Oleic Acid and Palm Oil over Alumina Silica Based Catalyst | Katalis NiMo/Al2O3-SiO2 Dibuat dengan cara impregnasi larutan Ni (NO3)2. 6H2O dan Larutan (NH4)6Mo7O24. 4H2O pada support alumina silica (yang dinyatakan dengan AS). Setelah dikeringkan semalaman, katalis selanjutnya dikalsinasi pada suhu 500°C selama 3 jam dengan dialiri 33 ml/menit gas oksigen. Sebelum dipakai dalam proses hydrocracking, katalis disulfidasi dengan 10% gas H2S/H2 pada kondisi 360°C selama 3 jam. Selanjutnya katalis dikarakterisasi dengan menggunakan metode XRD untuk mengetahui kristalitas dan BET untuk mengetahui luas permukaan katalis. Proses hydrocracking dilakukan dengan menggunakan reactor autoclave yang dipanaskan dari suhu kamar menjadi suhu reaksi yang diinginkan dikontrol dengan menggunakan progammable temperature. Hasil XRD menunjukkan adanya puncak oksida NiO pada sudut 43° dan oksida MoO3 di sekitar 27°. Sedangkan setelah proses sulfidasi, XRD pattern katalis itu menunjukkan secara jelas adanya puncak MoS2 di sekitar 27°. Sedangkan setelah proses sulfidasi, XRD pattern katalis itu menunjukkan secara Jelas adanya puncak MoS2 disekitar 15° dan 33°. Hampir semua katalis yang dibuat mempunyai luas yang cukup yaitu diatas 200 m2/gram. Pada tekanan 3 Mpa suhu ternyata tidak banyak berpengaruh pada distribusi produk hydrocraking tetapi pada suhu 400°C ternyata perubahan tekanan sangat berpengaruh terhadap distribusi produk dimana konversi (Terhadap asam oleat) hampir mencapai 100% pada tekanan 5 Mpa, dengan selektivitas pada pembentukan biodiesel hampir 80% Dengan kondisi sistem dan bahan baku minyak sawit yang sama, support berbeda pada hydrocracking ini memberikan selektivitas yang berbeda. | 15-20 |
Hydrogen Production over La0,02 Na0.98 TaO3 Photocatalysts from Pure Water and an Aqueous Methanol Solution | Fotokatalitik produksi H2 pada fotokatalis La0,02 Na 0,98 TaO3 dari air murni dan kehadiran metanol sebagai sacrificial reagent telah dilakukan. Fotokatalis disintesis dengan metode sol-gel berbantuan-H2O2. Fotokatalis dikarakterisasi dengan scanning electron mieroscopy (SEM), X-ray diffractometer (ARLD). dan ultraviolet (UV) spektra. Hasil karakterisasi memunjukkan bahwa NaTaO3, yang didoping dengan lantamum (La0,02 Na 0,98 TaO3) mengalami peningkatan kristalinitas dan ukuran partikel menjadi lebih kecil dari NaTaO3 tanpa doping. Analisis spektrum memunjukkan bahwa La0,02 Na 0,98 TaO3, hanya dapat menyerap spektrum cahaya ultruviolet saja sama seperti NaTaO3, tanpa doping dan setara dengan energi band gab 4,0 eV. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nanokristal La0,02 Na 0,98 TaO3 adalah material fotokatalitik unggul untuk produksi hidrogen. Evolusi H2 dari air murni pada La0,02 Na 0,98 TaO3 sekitar 3,6 kali lebih tinggi dari sampel NaTaO3 tanpa doping. Aktivitas katalis La0,02 Na 0,98 TaO3, meningkat 8.1 kali dengan menambahkan metanol 10% sebagai sacrificial reagen dalam larutan reaksi. | 21-26 |
Sintesis α-Terpineol dari Terpentin dengan Katalisator Asam Kholoro Asetat secara Batch | Minyak terpentin Indonesia mengandung 65-85% α-pinene, kurang 1% camphene, 1-3% β-pinene, 10-18 % 3-carene dan limonene 1-3%. α-Pinene dapat dihidrasi dengan larutan asam menghasilkan α-terpineol. Produk α-terpineol ini dapat digunakan untuk bahan pelarut, parfum, disinfektan, dll.penelitian ini bertujuan mempelajari parameter-parameter yang berpengaruh pada sintesis α-pinene dari terpentin dengan katalisator asam khloro asetat. α-pinene (terpentin) sebanyak 0,25 mol, aquadest sebanyak 0,6 mot dan-katolisator asam khloro asetat dengan konsentrasi 6 M direaksikan dalam reaktor batch yang dilengkapi dengan dengan pendingin balik, thermometer dan pengaduk. Parameter-parameternya adalah pengaruh suhu (60, 70, 80, 90°C), pengaruh konsentrasi katalisator asam khloro asetat (3,6,9 M), pengaruh perbandingan mol katalisator asam khioro-asetat terhadap α-pinene (0,8/1; 1,6/1; 2,4/1; 3,2/1; 4/1) dan kecepatan pengadukan (264, 546 dan 954 rpm). Dari hasil penelitian ini disarankan kondisi operasi hidrasi terpentin yang paling baik adalah dicapai pada suhu 80°C, konsentrasi katalisator asam khloro asetat 6 M, perbandingan mol katalisator asam khloro asetat terhadap α-pinene 2,4/1, pengadukan dijalankan pada kecepatan 546 rpm, dan reaksi 240 menit. Konversi hidrasi terpentin menjadi α-terpineol yang diperoleh adalah 54,13% | 27-31 |
Biodiesel Production from Palm Oil using CaO/γ Al2O3 as a Solid Base Catalyst | Biodiesel merupakan energi alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi kelangkaan energi fosil karena terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui. Penelitian produksi biodiesel dari minyak sawit ini menggunakan katalis padat CaO/ γ-Al2O3, Katalis tersebut dibuat dengan mencampur kalsium asetat dan alumina dengan rasio massa 1:1, diikuti dengan pengeringan dan calcinasi pada 718°C selama lima jam, dan katalis tersebut dikarakterisasi dengan menggunakan metode XRD dan BET, Uji aktivitas katalis dilakukan pada reaksi transesterifikasi dalam reaktor batch dengan rasio minyak: metanol sekitar 1: 12 dan variabel yang dipelajari meliputi: temperatur reaksi, waktu reaksi dan jumlah katalis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik itu dicapai pada suhu 75°C, waktu reaksi 7 jam dan jumlah katalis 6% dengan yield biodiesel yang dihasilkan mendekati 65%. Penelitian ini membuktikan bahwa katalis CaO/ γ-Al2O sangat berpotensi digunakan sehagai katalis basa heterogen pada pembuatan biodiesel. | 32-37 |
Kinetic Model Development of Enzimatic Hydrolysis of Sorghum Flour to Readily Fermentable Sugar for Biomethanol | Produksi glukose dari tepung sorghum menggunakan enzim α-amylase dan glukoamilase dilakukan dalam kultur batch. Tujuan penelitian adalah mengestimasikan parameter kinetika dari model kinetika untuk mengkonversi pati sorghum menjadi glukose dalam liquifikasi dan sakarifikasi. Dalam liquifikasi, tepung sorghum dalam 2000 ml slurry pada konsentrasi 30% (wv) dan suplemen dengan 0,15 g/l CaCl2, di hidrolisis menggunakan α-amylase dengan berbagai konsentrasi (9 KNU, 18 KNU, 27 KNU, 36 KNU dan 45 KNU, per 100 g tepung sorghum) pada suhu 90-100°C dan pH 6 selama 2 jam Kemudian dilanjutkan dengan sakarifikasi, glukoamilasve pada konsentrasi yang berbeda-beda (26 GAU, 52 GAU, 78 GAU, 104 GAU dan 130 GAU, per 100 g tepung sorghum) ditambhahkan pada suhu dijaga 65°C dan pH 5-5,5 selama 3 jam. Hasil menunjukkan bahwa prodiksi glukose meningkat dengan meningkatnya jumlah α-amylase ditambahkan, demikian juga serupa dengan hasil yang diperoleh pada penambahan glukoamilase. Yield glukose maksimum diperoleh dalam liquifikasi dan sakarifikasi berturut-turut 0,2124 dan 0,6 α-amylase, 0,6796 g glukose/g tepung sorghum digunakan dengan penambahan enzim berturut-turut 45 KNU dan 130 GAU. Dapat disimpulkan bahwa biji sorghum mempunyai potential untuk memproduksi gula sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol suatu energi yang dapat diperbarui dimasa mendatang. Kinetika enzim untuk mengkorversi pati sorghum menjadi glukose mengikuti modifikasi model Michaelis-Menten inhibisi yang Kompetitif, karena mempunyai nilai R2 yang tinggi. Parameter Kinetika hidrolisis enzim dalam liquifikasi diperoleh K1 = 6.72 jam^-1, k2 = 541.15 g/l, k3 = 150.70 jam^-1 dan k4 = 49.82 jam^-1 dengan R2 = 0.91. Sedangkan dalam sakarifikasi diperoleh hasil berturut-turut k1 = 0.29jam^-1, K2 = 1.01 g/l, k3 = 0.47jam^-1 dan k4 = 0.47 jam^-1 dengan R2 = 0.75. Demikian dengan pengeplotan dota, ada kesesuaian baik yang diperoleh antara nilai-nilai hitungan glukose dari model dan pengukuran. | 38-44 |
Studi Lifetime Sensor pH Berbasis Serat Optik | Telah dibuat sampel sensor pH berbasis serat optik dengan immobilisasi indikator pH dengan proses sol-gel. Indikator pH yang digunakan adalah bromophenol blue dengan TEOS (tetra ethyl ortho silicate) sebagai lapisan tipis silika murni yang melekatkannya pada serat optik. Untuk mengetahui lifetime-nya sensor pH diuji dengan operational lifetime test, yakni diberi perlakuan dengan dicelup pada larutan ber-pH 5 dan temperatur 40°C. Diperoleh hasil bahwa sensor pH berbasis serat optik yang telah dibuat mempunyat rentang pengukuran pH antara 5 sampai 7. Semakin lama diberi perlakuan, semakin besar penurunan performansi yang dialami oleh sensor pH. Hal ini sebabkan oleh hilangnya sebagian lapisan sol-gel yang ada pada optrode. Dari perlakuan yang telah diberikan, diketahui bahwa usia pakai sampel sensor pH adalah selama 57 jam pemakaian. | 45-48 |
Thermally Grown Oxide and Microsturcture Analysis on Coating Ceramic Al2O3 and Bond Coat Ni-Al During Thermal Fatigue Cycle | Thermal barrier coating merupakan salah satu material untuk aplikasi temperature tinggi. Penelitian telah dilakukan untuk mempelajari perubahan struktur mikro khususnya study mengenai pembentukan daerah thermally grown oxide (TGO) pada area top coat Al203, dan substrat Ni-Al super alloy sebagai substrat. System thermal barrier coating melibatkan aluminium oksida yang digunakan sebagai coating material. Metode coating adalah flame spraying. Sebagai konversi terhadap ketahanan temperature tinggi maka perlu dilakukan perlakuan thermal fatigue dalam keadaan isothermal, dipanaskan hingga 600°C selama 1 jam kemudian didinginkan pada temperature kamar selama 15 menit. Proses ini disebut 1 siklus. Variabel penelitian adalah as-received, 25, 50 dan 100 siklus thermal fatigue. Karakterisasi yang dilakukan adalah pengujian difraksi sinar-x untuk identifikasi fasa serta pengujian mikroskop electron (SEM/EDX) untuk pengamatan perubahan struktur mikro dan pembentukan TGO. | 49-56 |