Judul | Abstract | Halaman |
---|
Menghidupkan Kembali Semangat Republik Dalam Proses Demokratisasi | Bergulirnya reformasi dan proses demokratisasi sejak 1998, menimbulkan harapan besar masyarakat segara tercapainya keamanan dan kemakmuran. Besarnya harapan tersebut dapat dimaklumi karena : Pertama, kaum reformis atau pro demokrasi mengkampanyekan bahwa keterpurukan bangsa kita termasuk krisis moneter sebagian besar karena sistem politik yang otoriter. | 5-11 |
Toleransi, Keniscayaan dalam Kebhinekaan | Iran oleh kita dan orang-orang luar sering diidentikkan sebagai sebuah negeri dengan warga Muslimnya yang fanatik dan militan dengan penduduk terbesar beragama Islam Penganut paham Syiah. Tapi lihatlah di sebuah jalan protokoldi Teheran, ibukota negeri Mullah itu. Di sana, di bagian atas sebuah gedung pertokoan yang menjulang dipajang lukisan para pahlawan berukuran raksasa, termasuk mereka yang beragama Yahudi. Bukan itu saja, di bawah deretan lukisan besar itu tertera kaliat pernyataan Ayatollah Imam Khomaeni, "Peravane aqaliyate ihn tirane vizjehi dar Islam darand" (Para pemeluk agama minoritas memiliki kehormatan tersendiri dalam Islam). | 12-24 |
Intelijen Dan Perkembangan Lingkungan Stratejik (Dari Perspektif NKRI) | Ada baiknya, meninjau sejenak ke tahun 1955 sewaktu satu pokja nasional di Amerika Serikat, bekerja untuk merumuskan apa arti intelijen bagi negeri tersebut. Nampaknya, mereka tiba pada suatu kesimpulan yang sangat tegas dan jelas, bahwa the fate of the nation may wall rest on accurate and intelligence data. Tidak mengherankan apabila pada beberapa waktu kemudian, Amerika Serikat membangun mesin intelijen untuk menjadi kekuatan nomor satu di dunia. | 25-35 |
Geopolitical Flashpoints dalam NKRI | Pertahanan Nasional dapat berhasil maksimal, jika berdasarkan atas pengetahuan Geopolitik Kalimat diatas meruakan judul pidato yang disampaikan oleh Presiden RI pertama Ir. Sukarno di Istana Negara pada peresmian Lembaga Ketahanan Nasional pada tanggal 20 Mei 1965. Intisari pidato tersebut mengatakan bahwa dengan memahami kondisi geopolitik suatu Negara, dapat ditentukan arah kebijakan pertahanan nasional dan kebijakan politik luar negeri. Dalam pidato tersebut diulas bagaimana Vietnam, sebagai salah satu contoh pembanding yang menghadapi berbagai macam gempuran pihak luar untuk dihancurkan, namun tidak berhasil. | 36-49 |
Mencari Sistem Pendidikan Yang Relevan | Sudah lebih dari enam puluh tahun bangsa Indonesia merdeka. Namun tujuan utama pembentukan Negara yaitu terciptanya satu masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur masih jauh dari terjangkau. Hal ini disebabkan terutama karena sumber daya manusia belum dikembangkan dengan baik. Pada hal sumber daya manusia merupakan kekayaan dan kekuatan utama tiap negara. Data pusat-pusat penelitian internasional mengenai mutu SDM negara-negara di dunia cukup jelas menunjukkan kelemahan kita ini. | 50-64 |
Psikologi Fenomenologis intelijen Menghadapi Era Perubahan Besar Dunia | Belum banyak masyarakat Indonesia yang memahami ilmu psikologi, baru pada tataran elite saja yang memanfaatkan, itupun masih terbatas dan pada tataran modes, latah. Hal ini wajar mengingat ilmu ini baru masuk ke Indonesia pada era enam puluhan. Sebagai bahan banding, di daratan Eropa dan Amerika ilmu ini telah berkembang dua abad yang lalu dan semakin pesat menjelang era industri bahkan semakin digandrungi di era industri, informasi dan globalisasi. ilmu ini banyak yang memanfaatkannya tidak hanya di kalangan militer tetapi juga di semua dimensi sosial yang melibatkan sumber daya manusia. Keberhasilan tugas di semua lini kecapakan tidak terkecuali dunia intelijen akan terpulang pada unsur manusianya. Semakin tajam kita memahami dinamika manusia maka akan semakin berhasil guna dan berdaya guna kita memanfaatkannya. Keberhasilan dunia Eropa dan Amerika (Dunia belahan barat) dibandingkan dengan dunia belahan timur berdasarkan hasil penelitian menunjukkan karena adanya perhatian yang besar terhadap ketajaman memahami unsur manusia. | 65-72 |
Sikap Seorang Kader (3 Plus, 2 Minus) | Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah lama ini antara lain mengingatkan kita, perlunya: 1. Memiliki pengetahuan yang luas 2. Menghindari sikap menyamaratakan cara dalam menghadapi masalah 3. Waspada sebelum menentukan sikap dan tindakan. Dengan lain perkataan, serasikan tindakan dengan kondisi dan situasi yang dihadapi, tanpa terlalu mengorbankan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat efektif dalam usaha menserasikan langkah dan tindakan tersebut, diperlukan antaralain 3 butir arahan tersebut diatas. | 73-78 |
Dasar-dasar Pemikiran dan Strategi Perjuangan Gerakan Politik Restorasi Amandemen UUD 1945 | Gerakan Reformasi yang pada awalnya bertujuan melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan penyelenggaraan negara oleh Orde Baru dengan membuat pembaharuan atau reformasi pasca Orde Baru, ternyata telah melakukan amandemen besar-besaran terhadap UUD 1945 secara berturut-turut, dan tuntas pada tahun 2002. | 79-90 |
Pemberantasan Korupsi | Harian kompas memuat antara lain, Rabu, 2 Agustus 2006 (lihat lampiran), Presiden SBY membuka kuliah umum di Istana Negara dengan judul Presidential Lecturer on Developing a Strong Anti-Corruption System & Good Governance dari dua pakar masalah korupsi asal Amerika Serikat dan Inggris. | 91-102 |
Strategi Penanggulangan Uang Palsu | Pernyataan Presiden RI tersebut disampaikan pada saat disampaikan pada saat pembukaan kawasan Perusahan Pencetakan Uang RI (Peruri) awal Februari 2005 yang lalu. Pernyataan ini menarik untuk dicermati karena saat ini kejahatan pemalsuan uang di Indonesia sudah semakin berkembang dari semula yang hanya bersifat kejahatan perorangan menjadi organized crime sebagaimana yang terjadi di berbagai negara, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang, bahkan dalam beberapa kasus tindak pidana uang palsu yang terakhir, terindikasi adanya kejahatan yang bersifat transnational. Penanggulangan kejahatan pemalsuan uang yang sudah teroganisir sudah barang tentu hanya mungkin dapat dilakukan dengan kerjasama antar negara. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya negara yang telah meratifikasi/mengesahkan Konvensi Internasional Mengenai Pemberantasan Uang Palsu Tahun 1929 di Jenewa ke dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara. | 103-121 |
Mewaspadai Komunisme | Tulisan Anton Tabah, dengan judul yang sama seperti diatas (Republika 6 Mei 1996), sangat terasa relevansinya untuk menjadi bahan kewaspadaan. Pertama, ketipannya dari seorang ahli politik Prof. Geoffery B.Hainswort yang mengatakan komunisme adalah sebuah paham ideologi karenanya ia tak akan pernah mati yang terjadi hanyalah tidur atau mengkin sekarat, tetapi tak akan mati. Pada bagian lain dikatakan bila satu bangsa bertekad membasmi komunisme, metode yang dilakukan adalah pembasmian sepenuh hati dan pembasmian abadi, bukan setengah hati. | 122-128 |
Mewaspadai Ancaman Aktual dan Faktual Terhadap Kepulauan dan Kekayaan Alam NKRI | Tuhan menciptakan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, memiliki jumlah pulau sebanyak + 17.508 buah dan tersebar sepanjang khatulistiwa dari Sabang hingga Marauke. Mempunyai garis pantai terpanjang kedua di dunia sekitar 81.000 km dengan luas perairan sekitar + 5,9 juta km dengan kandungan kekayaan alam yang sangat berlimpah. | 129-147 |
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Antar Bangsa | Tahub 1908 dengan kelahiran Boedi Oetomo, bisa dipandang merupakan awal loncatan kuantum pertama bagi suku bangsa yang tinggal di wilayah Nusantara ini untuk membebaskan diri dari penjajahan Belanda setelah menyadari bahwa tanpa pendidikan semua upaya perlawanan bersifat lokal tidak menghasilkan apa-apa. Setelah itu masih dibutuhkan 20 tahun lagi untuk mengadakan loncatan kuantum ke dua yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928 dengan Soempah Pemoeda dengan meleburnya berbagai Jong menjadi bangsa yang bernama Indonesia yang berbangsa, bertanah air dan berbahasa SATU yaitu Indonesia. | 148-152 |
Politik desentralisasi, integrasi nasional, dan tantangan bagi nasionalisme warga negara | Artikel ini merupakan sebuah usaha untuk membuat refleksi ke dalam permasalahan yang tengah dihadapi nasionalisme warga negara Indonesia melalui pengamatan yang lebih cermat terhadap transformasi politik dan budaya akibat kebijakan desentralisasi pasca era Soeharto. | 153-181 |
Peranan BIN dalam pengungkapan kejahatan terorisme di Indonesia | Berbagai kendala nampaknya masih akan timbul selain undang-undang tidak terlalu jelas mengatur acaranya, informasi intelijen hendaknya bukan sebagai informasi yang sangat awal. Selain itu ketiadaan undang-undang intelijen yang baik juga menghambat pendayagunaan informasi intelijen dalam pengungkapan terjadinya atau pencegahan terjadinya terorisme. | 182-193 |
Pencabutan TAP MPRS nomor XXv/1966? | Adanya gagasan dan tuntutan pencabutan Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966, hendaknya demi keharmonisan hidup bangsa dan stabilitas politik negara serta mantapnya ketahanan nasional ide tersebut perlu ditunda dan dipertimbangkan kembali. | 194-202 |
Konflik etnis Sri Lanka tak kunjung usai | Konflik etnis ini tak pernah usai, kecuali ada pemberian hak-hak politik dan sipil yang wajar, dan kunci pengakhiran pertentangan sepenuhnya berada pada para pemimpin Macan Tamil Eelam. Kolombo sudah maju, demikian pernyataan presiden baru Mahinda Rajapakse yang mulai memerintah usai Pemilu 2005. Rajapakse sama dengan Wickranmesinghe, menawarkan sistem Negara Federal sebagai solusi mengakhiri konflik etnis itu. | 203-219 |
Inkubasi nilai: Kerangka pembuktian untuk deteksi dini terhadap ancaman dan peluang | Kerangka bagi evolusi isu ini beserta inkubasi nilai membantu para pengambil keputusan untuk mengamati ancaman dan mengidentifikasi peluang sebelumnya. Sasarannya adalah untuk memperoleh start awal yang tidak ternilai. Kebijakan dan strategi dirumuskan secara cerdas (clear head). Para manajer pun berada dalam posisi yang lebih baik untuk mempengaruhi volatilitas dan periode tak-stabil menyusul aneka peristiwa mengejutkan dalam mengorkestrasi hasil akhirnya. | 220-241 |