Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI), Edisi I, Tahun I, Februari 2006 | Perpustakaan Universitas Bhayangakara Jakarta Raya
Advanced SearchLembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI), Edisi I, Tahun I, Februari 2006
Informasi Detil
Volume |
Edisi I, Tahun I, Februari 2006
|
---|---|
Penerbit | Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia : jakarta., 2006 |
ISSN |
-
|
Subyek |
-
|
Artikel Jurnal
Judul | Abstract | Halaman |
---|---|---|
Mencegah berkembang luasnya aksi terorisme | Terorisme sebagai alat perjuangan dari kelompok-kelompok yang termotivasi berbagai kepentingan dan keyakinan selalu ada dan akan beraksi di mana saja adn kapan saja, maka kewaspadaan dan kemampuan profesionalisme aparat terkait selalu dituntut untuk bertindak dan berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya. | 3-7 |
Profil terorisme di Indonesia | Kekerasan tidak akan dapat diatasi dengan kekerasan. Moncong senjata, munisi, dan bom hanyakan mematikan jasad seseorang, tetapi tidak dapat membunuh cita-cita seseorang. Perang melawan terorisme yang dimotori oleh Amerika Serikat tidak akan dapat memadamkan aksi jika ketidakadilan masih terus terjadi. Indonesia hanya menjadi imbas saja dari carut marutnya dunia, tetapi Indonesia memang harus siap dengan kondisi ini. Sentuhan nurani dan mencari akar permasalahan dengan dialog dan saling menghargai maka dapat tercipta saling percaya. | 8-16 |
Terorisme dan perubahan politik | Maraknya terorisme pasca reformasi bukan karena terjadinya perubahan-perubahan politik, bukan karena bubarnya dwifungsi ABRI, bukan karena lahirnya Undang-undang Politik yang baru, atau karena munculnya Undang-undang Otonomi Daerah, melainkan karena terbukanya celah perubahan itu sendiri plus terbangunnya jaringan terorisme internasional. Untuk mencegah berkembangluasnya terorisme dengan demikian bukan dengan menghentikan perubahan politik apalagi membalikkan jarum jam perubahan politik. Melainkan dengan menutup celah yang terbuka akibat perubahan politik pasca reformasi. | 17-20 |
Terorisme dan penegakan hukum | Dalam kenyataannya, terorisme yang hendak diperangi itu telah menjadi bagian dari kepentingan Pemerintah Amerika Serikat dan sekutunya setelah perang dingin. Banyak dugaan meningkatnya isu terorisme internasional mempunyai pertaliannya dengan peran aparat intelijen seperti spekulasi mengenai relasi antara mereka yang dituduh teroris dengan serangkaian aksi penyusupan dalam organisasi yang berpandangan agama secara fanatik. Di sinilah letak kesulitannya dalam menghapuskan aksi-aksi kejam kelompok teroris. Bahkan figur seperti Usamah bin Ladin menjadi legenda karena hingga kini belum juga terungkap, padahal berbagai upaya telah ditempuh oleh aparat intelijen dan militer maupun polisi internasional. | 21-29 |
Perang melawan terorisme | Jangan membiarkan negara-negara APEC menjadi tempat persembunyian para teroris dan koruptor. Mari kita bekerjasama membongkar habis jaringan teroris dan koruptor. Kita tidak boleh berhenti melawan terorisme meski pun upaya kita telah menunjukkan hasil nyata dari kerja keras selama ini. Sulitnya memberantas korupsi dan terorisme membuat liberalisasi perdagangan dan investasi menjadi terhambat, karena kedua faktor ini sangat mempengaruhi. | 33-57 |