Manajemen IKM (Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah) Volume 7, Nomor 1, Februari 2012

Informasi Detil

Volume
Volume 7, Nomor 1, Februari 2012
Penerbit Institut Pertanian Bogor : Bogor.,
ISSN
2085 - 8418
Subyek

Artikel Jurnal

JudulAbstractHalaman
Pengaruh Karakteristik dan Perilaku UKM, serta Sistem Pembiayaan Terhadap Penyaluran Pembiayaan BNI SyariahPasca terjadinya krisis ekonomi, jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) tercatat sebanyak 42,4 juta unit pada 2003 atau naik 9,5 % dari tahun 2000 dan mampu menyerap 79 juta pekerja. Pada saat yang sama, perbankan Syariah menemukan momentum kembali untuk berkembang, yaitu dikenal sebagai konsep yang tidak mengenal negatif spread dan adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan bunga bank. Porsi penguasaan pasar aset perbankan syariah 1,20% dan besarnya pembiayaan yang disalurkan per November 2003 mencapai Rp5.466,4 Miliar, serta didominasi oleh jenis pembiayaan Murabahah Rp3.893,1 Miliar (71,2%). Secara umum pembiayaan syariah dilakukan atas dasar prinsip bagi hasil (profit sharing) dan marjin. Prinsip bagi hasil yang paling banyak dipakai dalam perbankan syariah adalah musyarakah dan mudharabah. Prinsip marjin dilakukan dalam bentuk-bentuk akad jual beli dan yang banyak dikembangkan dalam perbankan syariah adalah murabahah, salam dan istishna. Penelitian ini bertujuan mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap pola pembiayaan, mengkaji kendala-kendala penerapan sistem pembiayaan dengan pola bagi hasil, menentukan pola pembiayaan yang paling sesuai dengan karakteristik UKM diantara berbagai pola pembiayaan perbankan syariah serta menyusun strategi BNI Syariah dalam meningkatkan pangsa pasar dan menghadapi persaingan di industri perbankan syariah. Analisis dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif, tabulasi silang, khi kuadrat dan analisis strenghts, weaknesess, opportunities dan threats (SWOT). Dari hasil pengisian kuesioner pada para nasabah BNI Syariah didapatkan bahwa pembiayaan kepada UKM, BNI Syariah sesuai dengan sistem Murabahah (87,86%); BNI Syariah lebih menentukan penyaluran pembiayaan kepada UKM dengan pola Murabahah (82%); serta terdapat kendala dalam menerapkan pola bagi hasil adalah 86%. Berdasarkan hasil analisis Khi kuadrat dan frekuensi hasil yang berbeda tiap kelas didapatkan karakterisitik dan perilaku UKM yang setuju dengan sistem pembiayaan pola murabahah sangat nyata. Karakteristik dan perilaku UKM yang setuju dengan perbankan syariah lebih menentukan penyaluran pembiayaan kepada UKM dengan pola murabahah adalah sangat nyata pada khi kuadrat hitung. Karakteristik dan perilaku UKM yang setuju terdapat kendala bagi perbankan syariah dalam menerapkan pola bagi hasil adalah sangat nyata. Dari hasil analisa SWOT didapatkan strategi: strategi SO dengan membuka cabang untuk meningkatkan pangsa pasar, mengubah persepsi terhadap bunga bank, menjalin kerjasama dengan Islamic Development Bank (IDB); strategi WO meningkatkan mutu pelayanan, Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan teknologi, merekrut tenaga ahli syariah dan mengembangkan produk; strategi ST dengan coorporate image sebagai institusional positioning, meningkatkan keterampilan, mempermudah prosedur dan proses; strategi WT menjalin kerjasama dengan pesaing, meningkatkan pemasaran produk dan kewenangan memutus pembiayaan. Hal yang paling memungkinkan adalah membuka cabang-cabang BNI Syariah di daerah potensial (sepuluh cabang) dengan penambahan variasi produk sesuai dengan kebutuhan nasabah, seperti produk valuta asing.1 - 9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Cara Produksi yang Baik dan Standar Prosedur Operasi Sanitasi Pengolahan Fillet Ikan di JawaDalam upaya meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk perikanan, khususnya fillet ikan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan memperkenalkan Good Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Produksi yang Baik (CPB) dan Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) atau Standar Prosedur Operasi Sanitasi (SPOS) pengolahan fillet ikan kepada para pengolah, termasuk yang ada di Jawa. Saat ini, beberapa pengolah yang sebelumnya menerapkan CPB dan SPOS pengolahan fillet ikan berhenti menerapkannya. Tujuan kajian ini adalah untuk menemukan semua faktor yang mempengaruhi kelangsungan proses penerapan GMP dan SSOP fillet ikan dan untuk melihat kondisi terbaru dari penerapan GMP dan SSOP di pabrik pengolahan fillet yang tidak melanjutkan (BM). Pengolahan dan analisis data menggunakan metode deskripsi dan analisis pra-syarat. Responden penelitian ini adalah 26 pabrik pengolahan ikan fillet di Jawa yang terbagi atas 15 pabrik pengolahan ikan fillet yang tidak melanjutkan penerapan GMP dan SSOP (BM) dan 11 pabrik pengolahan fillet ikan yang masih melanjutkan aplikasi (LM). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan penerapan GMP dan SSOP di pabrik pengolahan fillet ikan yang tidak melanjutkan aplikasi (BM) dapat dibagi menjadi faktor internal yaitu kurangnya pendidikan (73%), dan kurangnya pengalaman (100%), faktor-faktor eksternal yaitu kurangnya kebijakan pemerintah dalam sosialisasi (66,66%), kurangnya air portabel (87%) dan pasokan es (67%), kurangnya sistem rantai dingin fasilitas (74%), kurangnya kebijakan pemerintah dalam pelatihan (60%), pemantauan (80%), kurangnya penegakan rendah (86%), tidak ada kebutuhan pasar (100%), dan karakteristik faktor inovasi yang ada keuntungan relatif dalam melaksanakan GMP dan SSOP (86,67%), tidak kompatibilitas (80%), kompleksitas GMP dan SSOP (73,33%). Berdasarkan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan penerapan CPB dan SPOS di 15 pabrik pengolahan ikan fillet yang tidak melanjutkan (BM), memiliki penerapan CPB dan SPOS pengolahan fillet ikan yang sangat buruk. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penyimpangan minor dan mayor yang terjadi serta masih adanya penyimpangan serius dan kritis melebihi dari batas yang ditentukan. Dalam rangka mendorong penerapan GMP dan SSOP di 15 pabrik pengolahan ikan fillet yang tidak melanjutkan aplikasi (BM), disarankan untuk meningkatkan sosialisasi, pembinaan, pelatihan, pemantauan dan teknis dalam lokus khusus, memfasilitasi air dan es pasokan, menjalankan penerapan GMP dan SSOP dalam produk perikanan di pasar domestik, serta meningkatkan pendidikan mengenai pentingnya penerapan GMP dan SSOP dalam industri fillet ikan kepada publik.10 - 19
Kajian Manajemen Mutu Usaha Kecil Menengah Sepatu di PD. Anugerah Hero, CiomasKajian manajemen mutu Usaha Kecil Menengah (UKM) sepatu di PD. Anugerah Hero Ciomas Kabupaten Bogor, bertujuan untuk: (a) menganalisis tingkat penerapan sistem manajemen mutu (SMM) pada PD. Anugerah Hero, (b) mengetahui kegiatan yang dilakukan PD. Anugerah Hero untuk menjamin mutu produknya, (c) mengevaluasi kinerja mutu produk sepatu PD. Anugerah Hero dan (d) menganalisis bagaimana kinerja biaya mutu di PD. Anugerah Hero. Penerapan SMMs sebagai upaya pencocokan mutu menurut cara yang dilakukan oleh Muhandri dan Kadarisman, serta identifikasi aktivitas menurut Trilogi Juran. Mengevaluasi kinerja mutu terhadap jumlah produk cacat, jumlah menolak/mengembalikan produk, finishing waktu yang terlambat, dan analisis biaya mutu. Hasil kajian menunjukkan bahwa mutu paling cocok diterapkan oleh Foreman Quality Control. Kegiatan manajemen mutu meliputi pengetahuan kebutuhan dan persyaratan konsumen, merancang proses dan instrumen untuk membuat sepatu dalam aspek perencanaan mutu. Aspek manajemen mutu berupa penyusunan standar dan spesifikasi, menggunakan model, pola dan cetakan, serta sortasi kualitatif dengan inspeksi visual. Mutu meningkatkan aspek pembandingan di industri sepatu relatif besar dan menduplikasi model baru dari "mal", buku dan majalah. Jumlah produk yang ditolak, terutama pelanggan luar negeri berkisar 11,1% - 17,7% (rataan 15,9%). Keterlambatan waktu penyelesaian rataan 3,8 hari atau 7,0. Keterlambatan jumlah pesanan sekitar 50%. Biaya mutu terdiri atas biaya kegagalan internal, sekitar Rp50.415.000 untuk 11 pemesanan pembelian di tahun 2007, indeks biaya mutu berdasarkan omzet penjualan 2,37%.20 - 27
Strategi Pengembangan Usaha Agroindustri Tepung Gandum di Gapoktan Gandum, Kabupaten BandungPengembangan gandum di dalam negeri diharapkan menjadi alternatif ketersediaan pangan di dalam negeri. Pengolahan gandum menjadi tepung di Kabupaten Bandung dilakukan oleh unit usaha agroindustri skala kecil yang masih menggunakan teknologi pengolahan yang cukup sederhana. Unit usaha agroindustri tepung gandum ini diharapkan berkembang menjadi unit usaha mandiri dan profesional, serta dikelola secara profesional dengan ciri berorientasi bisnis yang sehat, baik secara teknis, ekonomi, sosial, layak dan menguntungkan, serta berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi faktor-faktor strategik yang mempengaruhi usaha agroindustri tepung gandum, (2) Menganalisis kelayakan usaha agroindustri tepung gandum, (3) Menyusun strategi yang tepat dalam rangka pengembangan usaha agorindustri tepung gandum ke depan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan ketua gabungan kelompok tani (Gapoktan)/manajer, sekretaris Gapoktan, ketua Kelompok Usaha Wanita, petugas Dinas Pertanian dan Dosen Universitas Padjajaran. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada petani untuk mendapatkan data pendukung dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait. Hasil analisis kelayakan usaha menunjukkan bahwa dari hasil perhitungan analisis kelayakan usaha, dengan biaya investasi Rp105.000.000 nilai Net Present Value (NPV): Discount Factor (DF) 14% Rp47.294.561; Internal Rate Return (IRR) 35,24%; Pay Back Period (PBP) 2,17 tahun, Benefit Cost Ratio (BCR) 1,84 dan titik impas produksi (Break Even Point atau BEP) 19.648,37 Kg. Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa unit usaha Agroindustri Tepung Gandum layak dikelola oleh Gapoktan Gandum. Total nilai pada matriks strategik internal 2,802; menunjukkan unit usaha Agroindustri Tepung Gandum Gapoktan Gandum memiliki faktor internal tergolong tinggi dan total matriks strategik eksternal 3,013 memperlihatkan respons yang diberikan oleh unit usaha Agroindustri Tepung Gandum Gapoktan Gandum kepada lingkungan eksternal tergolong tinggi, sehingga posisi perusahaan pada kuadran kedua. Berdasarkan analisis alternatif strategik terbaik diperoleh enam strategik yang paling efektif dilakukan oleh unit usaha Agroindustri Tepung Gandum adalah (1) Melakukan Pengutuhan/Pemenuhan Sarana dan Prasarana Unit Usaha Agroindustri Tepung Gandum, (2) Membangun kemitraan dengan industri makanan dengan tetap menjaga mutu produk, (3) meningkatkan produksi dan produktivitas dalam menghadapi permintaan gandum yang semakin meningkat, (4), Meningkatkan peran manajer dalam mengembangkan unit usaha agroindustri tepung gandum, (5) Mengembangkan kelembagaan gapoktan dalam agribisnis gandum untuk mengatasi perubahan kultur masyarakat, dan (6) Aktif menjalin kerja sama dengan stakeholder terkait dalam menghadapi permasalahan tepung gandum.85 - 93
Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu pada Industri Pengolahan Tahu (Studi Kasus di UD. Cinta Sari, DIY)Sistem manajemen mutu (SMM) industri pengolahan tahu melibatkan penataan pengelolaan perusahaan, baik yang menyangkut pengadaan bahan baku, operasionalisasi teknologi, penyesuaian kompetensi personil, dan dokumentasi proses. Penerapan SMM ini dilakukan pada industri pengolahan tahu UD Cinta Sari melalui metode survey. Keefektifan pelaksanaan SMM dilakukan studi terhadap mutu produk yang meliputi kadar protein, kadar air, kadar abu, dan kekenyalan pra SMM dan pasca SMM. Dasar dari proses terbaik yang diterapkan pada pasca SMM melalui uji coba pengolahan tahu menggunakan kedelai local dengan dua faktor yaitu wadah (bak semen dan tangki stainless steel) dan waktu perebusan (10, 15, dan 20 menit). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dan metode factorial. Perbaikan yang dilakukan pada SMM adalah perebusan tahu dengan tangki stainless steel dengan waktu rebus 15 menit menunjukan kesukaan panelis paling tinggi. Dari analisis statistic ANOVA satu arah, didapatkan hasil parameter mutu tahu pra SMM berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% yang berarti mutu tahu pra SMM sangat fluktuatif atau tidak konsisten sedangkan parameter mutu tahu pasca SMM tidak berbeda nyata 95% yang berarti mutu produk lebih konsisten. Dari uji T didapatkan hasil bahwa penerapan SMM pada pasca SMM berpengaruh signifikan pada kadar protein, kadar abu, dan kekenyalan, tetapi kurang berpengaruh pada kadar air. Dari bagan kendali mutu 3 sigma diperoleh hasil parameter mutu pra SMM cenderung fluktuatif dan terdapat beberapa titik yang diluar batas kendali 3-sigma, sedangkan parameter mutu pasca SMM cenderung lebih terkendali dan seragam.28 - 36
Swa-Periksa Pengelolaan Budaya Perusahaan Menggunakan Sistem Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Model General System AuditTulisan ini adalah tentang swa periksaan pengelolaan budaya perusahaan, menggunakan sistem audit Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) model General System Audit (GSA). Swa periksa dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah mengembangkan perangkat swa periksa berupa kuesioner dengan format disesuaikan dengan kebutuhan (customized), dan menggunakan skala semantik diferensial. Dalam pelaksanaan swa periksa melibatkan beberapa staf senior yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD). Tahap kedua adalah pelaksanaan swa periksa menggunakan perangkat kuesioner yang telah dikembangkan untuk memeriksa efektivitas pengelolaan budaya perusahaan. Dalam pelaksanaannya melibatkan 30 responden yang dipilih atas dasar kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Data yang diperoleh dari kuesioner dianalisis menggunakan teknik Importance Performance Analysis (IPA), dan hasilnya dipetakan pada diagram Kartesius untuk ditafsirkan. Hasil swa periksa pengelolaan budaya perusahaan dituangkan dalam sebuah laporan yang mengandung sembilan unsur, yaitu True, Valua, Attractive, Policy, Location, Activity, Clauses, Evidences, Scale of Criticality, Recommendation, dan Time schedule (TVA PLACES ART). Laporan audit merupakan hasil dari swa periksa untuk digunakan sebagai referensi perbaikan kebijakan dan implementasi pengelolaan SDM pada umumnya dan pengelolaan budaya perusahaan pada khususnya. Kemudian, dilakukan survei pendapat pengguna model untuk mengetahui, apakah responden setuju bahwa sistem audit MSDM model GSA adalah penting, bermanfaat, praktis, layak dan direkomendasikan untuk diterapkan pada perusahaan. Hasil survei menunjukkan bahwa 14,2% responden tidak setuju, 25,5% tidak memberikan pendapat dan 59,3% setuju. Nilai statistik ini mengindikasikan/menunjukan bahwa sistem audit MSDM model GSA adalah penting, bermanfaat, praktis, layak dan direkomendasikan untuk penerapan pada perusahaan.37 - 43
Keunggulan Kompetitif UKM Sentra Pengolahan Kerupuk Ikan dan Udang di Indramayu Berbasis Sumber DayaKonsep pendekatan berbasis sumber daya memfokuskan pada pembentukan kemampuan organisasi yang secara khusus diubah menjadi keuntungan kompetitif perusahaan, sebagai hasil capaian kombinasi sumber daya dan aset perusahaan yang unik, jarang, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi sumber daya, kapabilitas, dan kompetensi inti yang dimiliki usaha kecil menengah (UKM) sentra pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, serta menyusun strategi pengembangannya. Keunggulan kompetitif UKM sentra pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu dianalisis dengan menggunakan jaringan kerja (network analisys), dan kapabilitas dinamik dianalisis menggunakan SSM (Soft System Methodology). Dari hasil identifikasi kompetensi inti, dirumuskan strategic routing yang dijalankan UKM sentra pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat efisiensi serta waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan kerupuk 3.350 kg adalah 2.070 menit dengan didukung tenaga kerja sebanyak 100 orang, atau 33,5 kg/20,7 menit/orang. Alternatif strategi pengembangan yang dapat dijalankan UKM sentra pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu untuk merealisasikan strategic routing, yaitu (1) restrukturisasi usaha dan organisasi, (2) rekayasa ulang bisnis, dan (3) revitalisasi bisnis.44 - 53
Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging dengan Pola Kemitraan di Kecamatan Ciampea Kabupaten BogorKomoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik, karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 mencapai 206.264.595 jiwa dan masih tumbuh 1,4% per tahun yang merupakan sebuah pasar yang sangat potensial sebagai konsumen produk usaha ternak unggas. Tujuan penelitian ini ialah untuk: (a) mengidentifikasi sistem manajemen usaha peternakan ayam pedaging melalui pola kemitraan dengan PT Charoen Pokphand Indonesia, (b) menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam pedaging melalui pola kemitraan dengan PT Charoen Pokphand Indonesia dilihat dari aspek teknis, aspek finansial dan aspek sensitivitasnya terhadap perubahan feed conversion ratio (FCR) dan (c) menyusun strategi pola kemitraan yang dilakukan peternak plasma di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang bermitra dengan PT Charoen Pokphand Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap empat usaha peternakan ayam pedaging melalui wawancara dengan pemilik peternakan. Data yang diperoleh berupa data primer dan sekunder digunakan untuk mengidentifikasi sistem manajemen usaha peternakan ayam pedaging melalui pola kemitraan dengan PT Charoen Pokphand Indonesia. Selain itu, data yang diperoleh juga digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam pedaging melalui pola kemitraan dengan PT Charoen Pokphand Indonesia dan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) untuk mengetahui strategi yang perlu dikembangkan secara umum di empat lokasi kajian. Peternakan ayam pedaging yang baik dengan menggunakan kandang panggung yang terbuat dari bahan permanen beratap sistem monitor berbahan genteng. Dengan melaksanakan sistem manajemen pemeliharaan yang baik pada periode starter, pertumbuhan dan panen, serta menekan nilai FCR sampai 1,5, maka usaha peternakan ayam pedaging akan memberikan keuntungan besar. Hasil analisis kelayakan usaha dari aspek finansial dengan skala pemeliharaan 22.000 ekor, 14.000 ekor, 8.000 ekor, dan 4.000 ekor dengan tingkat suku bunga 16%, menunjukkan usaha peternakan layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan, jika dapat mencapai nilai FCR 1,5. Alternatif strategi dari hasil analisis SWOT adalah meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan keuntungan, meningkatkan efisiensi penggunaan sarana produksi ternak (sapronak), bersikap proaktif untuk menanggulangi permasalahan teknis yang terjadi, meningkatkan pengetahuan tentang penanganan penyakit, mengoptimalkan pemanfaatan sapronak, meningkatkan manajemen pemeliharaan sesuai standar dan meningkatkan pengetahuan peternak mengenai manajemen pemeliharaan ayam yang baik.56 - 63
Prospek Usaha Bagi Hasil Penanaman Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus pada Koperasi Perumahan Wanabhakti Nusantara di Kabupaten Bogor)Penanaman klon tanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) di daerah Kabupaten Bogor, adalah sebuah model bisnis yang dikembangkan untuk Koperasi Perumahan Wanabhakti Nusantara (UBHKPWN), yang melibatkan investor, pemilik lahan, masyarakat (petani) dan aparat desa. Kegiatan ini bertujuan mendistribusikan modal kepada masyarakat, penggunaan lahan belum produktif, menyediakan sumber pasokan kayu jati untuk industri dan sebagai penyedia lapangan kerja bagi masyarakat. Investasi JUN di Desa Cogreg, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, telah dilakukan sejak tiga tahun lalu (mulai 2007). tanaman JUN akan dipanen pada tahun kelima (tahun 2012), untuk lima pihak bagi hasil dari nilai penjualan kayu panen JUN. JUN tiga tahun di pabrik Kabupaten Bogor, dengan total 6075 pohon, pengukuran potensial dalam contoh tanaman 2,5% dari total populasi. Hasil diameter rataan potensi tanaman 0,11 m/pohon dan tinggi cabang rataan 4,74 m/pohon, menghitung volume rataan 0,044 m 3 /ha atau 44 m 3 /pohon, membawa total potensi tanaman tiga tahun 266,28 m 3 . Mengingat potensi pertumbuhan dan risiko kematian tanaman, volume rataan kenaikan diproyeksikan 0,021 m 3 /tahun atau 21 m 3 /ha/tahun. Panen prospek di tahun kelima dihitung dalam kisaran 86-100 m 3 /ha, atau rataan 91 m 3 /ha. Berdasarkan proyeksi harga jual dasar kayu jati (sortimen A1 tipe D mutu P - M), pada tahun kelima didapatkan Rp2.135.000-Rp2.408.000, maka prospek penjualan kayu JUN Rp988.630.584- Rp1.462.925.329, atau rataan jual Rp1.279.294.179. Berdasarkan prospek untuk panen kayu dan nilai kayu penjualan JUN, maka analisis keuangan yang sesuai (Net Present Value atau NPV, Internal Rate of Return atau IRR, dan Benefit/Cost atau B/C) adalah kegiatan bisnis yang sangat wajar dikelola. Dihitung nilai hasil masing-masing pihak, yaitu rataan pendapatan (1) Investor Rp591.376.022, (2) Kepemilikan Tanah Rp147.844.005, (3) Petani Rp270.-037.076, (4) UBH Rp162.022.246 KPWN dan (5) Aparat Desa Rp108.014.830.64 - 73
Kajian Pengembangan Usaha IKM Pangan Komoditi Roti dan Kue di kota Bogor (Studi Kasus Brownies Elsari, Bogor)Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prospek industri kecil menengah, terutama toko roti yang terletak di Bogor. Industri kecil umumnya masih memiliki masalah yang sama, ketika membutuhkan kredit dari bank untuk investasi. Penelitian ini menganalisis industri kecil dengan melakukan studi kasus di Elsari Brownies dan Bakery Bogor. Ada empat kriteria investasi yang harus dihitung atau dianalisis, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit/Cost (B/C) ratio, dan Payback Period (PBP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai dari empat kriteria investasi NPV positif, yaitu nilai dan nilai IRR masing-masing adalah Rp113.236.973 dan 66,81%, sedangkan B/C ratio 1,45 nilai kali dan PBP adalah 31,69 bulan. Namun dalam keadaan lancar dimana tidak ada produk yang terbuang dari pengembalian, hasil analisis terhadap keempat kriteria tersebut memperlihatkan bahwa usaha ini sangat menguntungkan yaitu bila dilihat dari nilai NPV sebesar Rp267,157,761, IRR sebesar 132,35%, Payback Period 18,4 bulan dan B/C ratio sebesar 2,21 kali. Hasil dari analisa sensitivitas menunjukan bahwa faktor penurunan penjualan brownies mempunyai efek lebih berarti dibandingkan dengan pengaruh faktor peningkatan harga bahan baku. Tetapi bila kedua faktor terjadi pada saat yang bersamaan akan menyebabkan pengaruh lebih buruk dibandingkan bila hanya salah satu faktor terjadi. Selain masalah tersebut, penelitian juga menganalisa masalah-masalah lainnya yang dihadapi oleh industri kecil Elsari Brownies & Bakery. Dari hasil kuesioner diberikan kepada konsumen brownies Elsari memperlihatkan 60% konsumen merasa cukup puas terhadap produk brownies Elsari dan 36% konsumen merasa puas dengan produk ini. Tujuh puluh empat persen (74%) dari konsumen menyatakan bahwa harga brownies cukup murah dan 50% konsumen mengatakan produk ini cukup lezat. Langkah selanjutnya dilakukan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT). Matriks IE (Internal-Eksternal) menunjukkan bahwa industri ini berada dalam sel kelima. Dari dasil tersebut industri kecil Elsari direkomendasikan menjalankan strategi hold and maintain. Strategi yang tepat untuk sel kelima adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Industri Kecil Elsari sebaiknya melakukan strategi penetrasi pasar, yaitu memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor, dengan cara menjalin kerjasama dengan counter yang telah ada di tempat tersebut atau membuka cabang baru. Strategi pengembangan produk yang disarankan adalah memperbanyak produk kue kering/brownies kering (broker).74 - 84



Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this