Manajemen IKM (Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah) Volume 8, Nomor 2, September 2013 | Perpustakaan Universitas Bhayangakara Jakarta Raya
Advanced SearchManajemen IKM (Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah) Volume 8, Nomor 2, September 2013
Informasi Detil
Volume |
Volume 8, Nomor 2, September 2013
|
---|---|
Penerbit | Institut Pertanian Bogor : Bogor., 2013 |
ISSN |
2085 - 8418
|
Subyek |
Artikel Jurnal
Judul | Abstract | Halaman |
---|---|---|
Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik Berbasis Petani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung | Lifesyle sehat dengan slogan "Back to Nature" telah menjadi trend baru masyarakat. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran, Departemen Pertanian di Indonesia telah memprakarsai program "Go Organik 2010" untuk meningkatkan mutu kehidupan dan lingkungan alam Indonesia dan untuk mendorong pengembangan pertanian organik dan daya saing berkelanjutan. Supply Chain Management (SCM) telah mewakili manajemen keseluruhan kegiatan pertanian yang melibatkan pengolahan, distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan kepada konsumen. Tujuan penelitian: (1) Mengidentifikasi karakteristik sayuran, para pelaku rantai pasokan, dan analisis deskriptif kondisi lingkungan di Pangalengan, (2) Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, (3) Perumusan strategi dengan matriks Strength, Weakneses, Opportunities dan Threats (SWOT), (4) Pemilihan strategi prioritas. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik purposive sampling yang melibatkan 10 responden dan 3 ahli. Data yang digunakan adalah data primer dengan wawancara langsung, data sekunder dan studi pustaka. Pemilihan alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku rantai pasokan sayuran di Pangalengan adalah pemasok benih, petani, pedagang/kolektor, perusahaan, penjual/eksportir, pasar luar negeri, pasar tradisional dan ritel/supermarket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keselamatan sayuran untuk konsumen adalah kekuatan utama dan kelemahan utamanya terbatas keuangan. Selanjutnya, pendukung pemerintah adalah peluang besar dan ancaman utama adalah ketidakpastian iklim dan cuaca yang mempengaruhi produksi. Berdasarkan rumusan strategis, diperoleh tujuh strategi, pertama dan kedua strategi prioritas terkait dari pemasaran, yang memperluas pasar/distribusi dan meneliti perkembangan di pasar sayuran organik. Ketiga alternatif strategi yang mendukung pemerintah yang berhubungan strategi pengawasan. Selain itu, keempat dan kelima alternatif terkait dengan strategi keuangan, yang memantau dan mengawasi harga maka penguatan aspek keuangan. Keenam dan ketujuh alternatif yang berkaitan dengan strategi manajemen produksi, sedang merencanakan pertanian yang lebih baik dan meningkatkan mutu, kuantitas dan kontinuitas produksi. | 99 - 114 |
Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin di CV Mika Distrindo | Pengembangan produksi benih ikan Patin memiliki potensi besar untuk memenuhi permintaan pasar. Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pembenih, terutama oleh CV Mika Distrindo adalah pada tahapan produksi sampai pemasaran. Tujuan penelitian: (1) Memperoleh informasi proses produksi pada kegiatan usaha; (2) Mengetahui kelayakan usaha pembenihan ikan Patin di CV Mika Distrindo; dan (3) Mendapatkan strategi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin paling efektif dalam memperoleh hasil maksimal. Metode analisis dilakukan dengan (1) Analisis deskriptif untuk mengambarkan proses produksi dalam pembenihan ikan Patin; (2) Analisis kelayakan usaha menggunakan pendekatan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit cost (B/C) ratio, gross benefit cost (B/C) ratio, pay back period (PBP), dan break even point (BEP); (3) Analisis lingkungan internal dan eksternal dievaluasi dengan matriks internal factor evaluation (IFE) untuk kekuatan dan kelemahan serta matriks external factor evaluation (EFE) untuk peluang dan ancaman, kemudian di gabungkan dalam matriks internal external (IE); (4) Analisis SWOT (strengths-weaknesses-opportunties-threats) yang memakai variabel internal dan eksternal perusahaan untuk memperoleh alternatif-alternatif prioritas strategi bagi pengembangan usahanya; dan (5) Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk pengambilan keputusan alternatif prioritas strategi yang tepat dan terbaik untuk diterapkan bagi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin CV Mika Distrindo. Indikasi kelayakan dari segi financial diketahui dari hasil perhitungan dengan kebutuhan biaya investasi Rp509.050.000 dan rataan biaya operasional Rp284.100.000 per tahun menghasilkan nilai NPV Rp516.660.510; IRR 21,42%; Gross B/C Ratio 5,57; Nett B/C Ratio 4,05; PBP 0,85 tahun atau 10 bulan 5 hari dan BEP pada produksi benih 2.698.006 ekor atau pada nilai penjualan Rp539.601.139,60 (90%). Dari hasil penjumlahan skor total matriks IFE dan EFE didapatkan nilai masing masing 2,511 dan 2,565 (posisi sedang). Hasil analisis SWOT berupa pemanfaatan kemajuan teknologi, perluasan jaringan pemasaran, penguatan modal, peningkatan volume penjualan, malakukan kemitraan, memanfaatkan investor, meningkatkan loyalitas pelanggan, mempertahankan mutu benih, perbaikan sistem manajemen dan peningkatan kerjasama dengan stakeholder. Implementasi strategi didapat berdasarkan perhitungan matriks QSP adalah meningkatkan volume penjualan benih Ikan Patin. | 115 - 122 |
Kelayakan dan Strategi Pengembangan Kemitraan KUB Petani Lidah Buaya di Kecamatan Beji, Depok | Keberhasilan Lidah Buaya sebagai komoditas bisnis pada pola kemitraan, seperti antara PT Kavera Biotech dan kelompok usaha bersama (KUB) petani Lidah Buaya di Kecamatan Beji, Depok memerlukan evaluasi yang cermat. Tujuan penelitian (1) mengkaji bentuk usaha kemitraan, (2) menganalisis kelayakan usaha, serta (3) menganalisis strategi pengembangan usaha. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, serta menyebarkan kuesioner. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan percontohan untuk budi daya Lidah Buaya. Kelayakan usaha dinilai dengan metode Payback Periode (PBP), Net Present Value (NPV), Benefit/Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR), dan Break Event Point (BEP). Analisis strategi pengembangan usaha menggunakan Tahap Input (External Factor Evaluation atau EFE dan Internal Factor Evaluation atau IFE), Tahap perpaduan (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats atau SWOT dan Internal-External atau IE), serta Tahap Keputusan (Quantitative Strategic Planning Matrix atau QSPM). Hasil analisis menunjukkan usaha Lidah Buaya dengan pola kemitraan berdasarkan Analisis I layak dilaksanakan di 6 KUB, sedangkan berdasarkan Analisis II layak dilaksanakan di 5 KUB. Analisis I pada petani yang memanfaatkan lahan pekarangan rumah, atau di pot bahwa usaha ini layak dilaksanakan, sedangkan dengan Analisis II untuk petani di KUB Tanah Baru dan Kemiri Muka usaha ini tidak layak dilaksanakan. Sementara itu, pemanfaatan lahan terlantar di KUB Pondok Cina dan Tanah Baru berdasarkan Analisis I dan II usaha ini layak dilaksanakan. Petani yang memanfaatkan lahan pekarangan rumah atau di pot dengan penanaman skala kecil (< 100 tanaman), skala sedang (100-199 tanaman), dan skala besar (200-399 tanaman), serta petani yang berusaha di lahan terlantar dengan penanaman skala sempit (300-399 tanaman), skala sedang (400-499 tanaman), dan skala luas (> 500 tanaman) berdasarkan Analisis I dan II layak dilaksanakan. Hasil analisis strategi pengembangan usaha yang terbaik adalah perlunya meningkatkan produktivitas dalam memanfaatkan permintaan bahan baku Lidah Buaya yang semakin meningkat. Implementasi strategi dilakukan dengan mengembangkan usaha tani dan pendukungnya secara efektif dan efisien. | 123 - 134 |
Adopsi Teknologi Budi Daya dan Strategi Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat di Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara | Indonesia memiliki luas perkebunan karet terluas di dunia, namun produktivitasnya masih sangat rendah. Perkebunan karet di Indonesia sekitar 85% adalah milik rakyat, sebagian besar tingkat adopsi terhadap teknologi budidayanya masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik internal dan eksternal yang sangat mempengaruhi tingkat adopsi petani terhadap teknologi budi daya karet, serta menghasilkan rumusan strategi pengembangan pengelolaan perkebunan karet rakyat di Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis statistika secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan tabel distribusi persentase, analisis statistik Khi-kuadrat, analisis korespondensi dan analisis logit. Secara deskriptif tingkat adopsi petani karet 54% rendah, 40% sedang dan 6% tinggi. Uji khi-kuadrat memperlihatkan adanya keterkaitan antara tingkat adopsi dengan Jenis kelamin, umur, kursus/pelatihan, kegiatan Mencari Informasi teknologi budi daya, Dukungan Penyuluhan, Dukungan Kelompok Tani dan Dukungan Pemerintah. Hasil analisis Logit Metode Stepwise memperlihatkan ada dua variabel karakteristik internal dan eksternal yang sangat mempengaruhi tingkat adopsi teknologi budi daya karet, yaitu Dukungan Kelompok Tani dan Kegiatan mencari Informasi Teknologi Budi Daya. Strategi pengembangan pengelolaan perkebunan karet sebaiknya berbasiskan pada penumbuhan, penguatan dan pengembangan Kelompok tani (Poktan). Adanya dukungan kelompok tani dapat menumbuhkan proses peningkatan informasi dan keterampilan bagi petani. Strategi pengembangannya meliputi Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan, serta Peningkatan dan pengembangan informasi bagi kelompok tani. | 135 - 143 |
Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Indramayu | Sebagai negara kepulauan dengan potensi laut yang melimpah, adalah suatu ironi ketika kebutuhan garam di Indonesia tidak tercukupi. Garam adalah komoditas strategik yang dapat dengan mudah diproduksi dengan cara mengeringkan air laut. Kebijakan tentang garam telah dikeluarkan sejak zaman penjajahan Belanda. Pada tahun 2011 Pemerintah Indonesia membuat kebijakan tentang swasembada garam. Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisis efektifitas implementasi Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Metode penelitian menggunakan metode purposive dan snowball sampling, contoh diambil dari 70 responden di Losarang, Indramayu. Data dianalisis melalui analisis kualitatif, kuantitatif, analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats) dan analisis MAHP (Modified Analitycal Hierarchy Process). Hasil kajian Implementasi PUGAR di Losarang, Indramayu adalah efektif. Hal tersebut diindikasikan oleh tercapainya target produksi garam dan peningkatan kesejahteraan petambak. Implementasi PUGAR menyebabkan tercapainya produktifitas lahan garam sebesar 90,34 ton/ha, peningkatan pendapatan petambak garam, terbentuknya 17 Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) dengan jumlah anggota 170 petambak garam, memberikan inovasi teknologi dan produksi garam bermutu, serta memberikan pekerjaan pada 778 orang sebagai petambak garam, buruh pekerja dan buruh angkut. Usaha garam memiliki nilai Internal Factor Evaluation (IFE) 2,608 dan External Factor Evaluation (EFE) usaha garam 2,673. Selain itu, perhitungan kelayakan usaha B/C ratio > 1, profit margin usaha 31,8%-42,9%, kesesuaian lahan garam yang dimiliki petambak, analisis kesenjangan usaha garam dan analisis titik impas. Analisis titik impas digunakan menentukan harga jual garam dalam jumlah besar dan usaha produksi garam rakyat untuk mencapai titik impas. | 144 - 154 |
Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Kecamatan Semparuk, Sambas | Kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) adalah upaya pemerintah Indonesia untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi masalah, menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kegiatan SPP serta menyusun strategi perbaikannya di unit pengelola kegiatan (UPK) Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas. Data primer dikumpulkan dari pemanfaat dana dengan observasi dan teknik wawancara, dan data sekunder didapatkan dari studi kepustakaan, antara lain jurnal penelitian, buletin, tesis, buku, Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM-MPd, laporan hasil kegiatan program, serta data kegiatan SPP reguler dan perguliran dana SPP. Wawancara dilakukan dengan 50 responden yang memanfaatkan kredit selama tiga tahun berturut-turut tanpa putus dan empat orang pelaku program. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan kajian strategi menggunakan analisis matriks Internal Factor Evaluation, matriks External Factor Evaluation, matriks Internal Eksternal, analisis matriks Strengths, Weakness, Opportunities and Threats serta Quantitative Strategic Planning Matrix. Hasil penelitian memperlihatkan masalah-masalah yang teridentifikasi: pemberdayaan ekonomi rumah tangga miskin (RTM) belum dilaksanakan, tabungan anggota tidak berkembang, proses pencairan kredit yang relatif lama, belum maksimalnya peran pelaku program dalam fasilitasi kelompok terutama dalam pengembangan usaha anggota. Beberapa alternatif strategi yang dapat dilaksanakan UPK secara urutan prioritas adalah: meningkatkan pelayanan, melakukan perluasan pasar dan jaringan pemasaran kredit, memaksimalkan peran pelaku program, mempertahankan komitmen terhadap pengembangan SPP, meningkatkan promosi program, meningkatkan pembinaan kelompok, dan pengembangan produk simpanan dan pinjaman. | 155 - 169 |
Strategi Pemasaran Restoran Pecel lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur | Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti merupakan restoran yang pertama kali menyajikan menu makanan tradisional Pecel Lele menjadi menu unik dengan konsep pengelolaan restoran modern. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui kelayakan usaha, (2) mengetahui bauran pemasaran jasa dan penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran jasa yang selama ini diterapkan, (3) mengetahui faktorfaktor dari lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran, dan (4) menyusun prioritas alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan. Teknik penarikan contoh yang digunakan adalah teknik penarikan contoh purposive. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang difokuskan pada aspek investasi dan aspek pengembangan bisnis yaitu, Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C), Pay Back Period (PBP), Internal Rate of Return (IRR), Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) and analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Berdasarkan analisis kelayakan finansial pada tingkat diskonto 6% nilai NPV Rp2.535.752.046. Net B/C 4.22, IRR 21.34% (IRR > 6%). Tingkat pengembalian investasi (PBP) yang berdasarkan nilai sekarang dengan tingkat diskonto 6% (1,81). Hal ini menunjukan bahwa usaha Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur layak untuk dilakukan. Nilai rataan Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) masing-masing 2,543 dan 2,310 menempatkannya dalam posisi pada kuadran V, yaitu hold and maintain (pertahankan dan pelihara). Berdasarkan perhitungan matriks QSP, strategi yang paling menarik untuk diterapkan adalah menciptakan variasi menu baru. | 170 - 180 |
Pengembangan Agribisnis Ikan Balita di UD Suhada, Kabupaten Cianjur | Permintaan pasar dunia untuk produk perikanan meningkat bahkan seringkali tidak terpenuhi, maka diperlukan upaya mengatasi permasalahan dalam memenuhi permintaan produk perikanan. Jenis ikan air tawar dibudidayakan untuk ikan balita di UD Suhada adalah jenis nila dan ikan mas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kelayakan balita investasi agribisnis ikan di UD. Suhada, mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis ikan balita di UD Suhada, merumuskan dan merekomendasikan strategi pembangunan alternatif yang tepat untuk diterapkan untuk ikan agribisnis balita di UD Suhada dalam pengembangan bisnis. Metode pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling, yaitu dengan sengaja memilih contoh yang diteliti sebagai responden. Responden dipilih dari manajemen dan pekerja UD Suhada. Analisis keuangan pada 14% suku bunga dan 5 tahun masa proyek menghasilkan keputusan layak dengan Rp1.105.005.110 Net Present Value (NPV), 4,85 Benefit Cost (B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR) 38.95%, 3 tahun dan 5 bulan Payback Period (PBP), dan Rp1.522.035.876 atau 32,725 kg Break Even Point (BEP). Kombinasi nilai Internal Factor Evaluation (IFE) nilai External Factor Evaluation (EFE) untuk 2,688 dan 2,651 dalam matriks Internal External (IE) menunjukkan bahwa posisi bisnis dalam V (lima) sel, pertumbuhan sel. Berdasarkan analisis Strenght, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan analisis Quantitative Strategic Planning Mantrix (QSPM) prioritas strategis untuk menciptakan berbagai macam produk, dengan tetap menjaga mutu ikan balita, memperluas jangkauan distribusi dan pemasaran, bekerjasama dengan para peneliti dalam mengembangkan mutu produk ikan balita menghadapi persaingan. | 181 - 189 |
Strategi Pengembangan Agribisnis Kentang Berbasis Sumber Daya Manajemen di Kabupaten Banjarnegara | Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan karena mempunyai nilai ekonomis dan nilai tambah cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya. Komoditas hortikultura mempunyai peran strategik, terutama dalam upaya pemenuhan ketersediaan dan kecukupan pangan, peningkatan kesejahteraan petani, dan penyediaan lapangan kerja. Salah satu komoditas hortikultura umbi adalah kentang (Solanum tuberosum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis komoditas kentang melalui pendekatan sumber daya manajemen di Kabupaten Banjarnegara, (2) merumuskan strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara, dan (3) menentukan prioritas alternatif strategi untuk pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara. Metode analisis yang digunakan adalah analisis prospektif dan analytical hierarchy process (AHP). Berdasarkan analisis prospektif, diperoleh sepuluh faktor kunci yang mempengaruhi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan AHP, faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Bajarnegara adalah produktivitas, sedangkan aktor yang memiliki peranan paling penting terhadap strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang adalah pemerintah pusat/daerah. Tujuan yang ingin dicapai, paling utama adalah meningkatkan pendapatan petani, selanjutnya alternatif strategi yang penting untuk dilakukan dalam pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah pemberdayaan petani/kelompok tani. | 190 - 198 |
Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kabupaten Lampung Selatan | Pendapatan daerah per kapita di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2008 sekitar Rp7.260.902, tetapi tahun 2009 meningkat menjadi Rp8.620.637. Kondisi ini belum mampu mengatasi kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja yang memadai di daerah pedesaan, khususnya di Kabupaten Lampung Selatan. Saat ini Kabupaten Lampung Selatan menjadi salah satu daerah sasaran untuk program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Pada tahun 2008 PUAP disalurkan Rp3.492.040.000 untuk 35 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan tahun 2009 dibagikan 3.898.324.000 untuk 39 Gapoktan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas PUAP di Kabupaten Lampung Selatan. Kesesuaian perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan pertanian, pengembangan agribisnis pedesaan, pengembangan keuangan mikro, dan kegiatan mentoring. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan bantuan kuesioner dan wawancara langsung kepada 86 responden anggota Gapoktan di Kabupaten Lampung Selatan. Analisis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah menerima PUAP, kinerja pertanian usaha kecil di Kabupaten Lampung Selatan menjadi lebih efektif, yang ditunjukkan dengan distribusi dan pemanfaatan bantuan tepat dengan perencanaan pertumbuhan bisnis pertanian, diversifikasi produk pertanian, modal kelompok meningkat, serta peran penyuluhan dalam Pelengkap dan Penyelia Mitra Tani (PMT) untuk membimbing kelompok. | 199 - 209 |