Manajemen IKM (Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah) Volume 9, Nomor 1, Februari 2014 | Perpustakaan Universitas Bhayangakara Jakarta Raya
Advanced SearchManajemen IKM (Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah) Volume 9, Nomor 1, Februari 2014
Informasi Detil
Volume |
Volume 9, Nomor 1, Februari 2014
|
---|---|
Penerbit | Institut Pertanian Bogor : Bogor., 2014 |
ISSN |
2085 - 8418
|
Subyek |
Artikel Jurnal
Judul | Abstract | Halaman |
---|---|---|
Kompetensi Petani Unggul dalam Membentuk Capacity Building Pertanian Sayuran Dataran Tinggi di Sumatera | Potensi pertanian di Indonesia masih menjadi keunggulan, dikarenakan Indonesia merupakan negara agraris. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional secara empiris terbukti cukup nyata, baik dalam perekonomian cukup normal maupun pada saat perekonomian menghadapi krisis. Hal ini dilihat dari dua indikator penting, yaitu kontribusi pada sektor Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja yang selalu mendominasi dalam bidang pertanian. Hal ini disebabkan kurangnya kompetensi petani untuk dapat berkembang pada sektor pertanian, maka itu dibutuhkan kompetensi petani dalam membentuk capacity building pertanian, sehingga petani dapat berperan dalam masyarakat dan dapat bersaing pada era globalisasi saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis bagaimana kompetensi yang dimiliki petani di Sumatera, (2) memperoleh gambaran model kompetensi unggul petani di Sumatera guna membentuk capacity building petani sayuran dataran tinggi dan (3) memberikan solusi apakah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kompetensi petani di Sumatera. Untuk menganalisiskompetensi unggul petani dan pembuatan model kompetensi unggul dalam membentuk capacity building pertanian sayuran dataran tinggi di Sumatera, digunakan ISM (Intrepretive Structural Modelling), AHP (Analysis Hirarki Process) dan IPA (Importance Performance Analysis). | 1 - 12 |
Peran Produk Perbankan, Mutu Pelayanan dan Kepuasan Nasabah bagi Kinerja PT Bank Negara Indonesia | Industri perbankan sangat erat kaitannya dengan kepercayaan, dimana pelayanan pelanggan sebagai keberhasilan. Pelanggan merupakan kunci bank untuk bertahan dalam menghadapi persaingan saat ini. Tujuan kajian ini menjelaskan kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh produk perbankan dan mutu pelayanan PT BNI KCU Jakarta yang berimplikasi terhadap kinerja perbankan. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, Customer Satisfaction Analysis (CSI), Importance Performance Analysis (IPA) dan regresi linear berganda. Berdasarkan CSI, tingkat rataan nilai kepuasan, mutu dan pelayanan berada pada tingkat kepuasan, maka berarti pelanggan puas dengan kinerja pelayanan PT BNI KCU Jakarta. Dari IPA, mutu rataan layanan 4,041 menunjukkan mutu pelayanan (reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible) memuaskan, sementara nilainya 4,3605 maka atribut tersebut penting bagi pelanggan. Koefisien determinasi dari analiais regresi linear berganda (adjusted R square) 0,653 atau kepuasan pelanggan 65,3% dapat dijelaskan oleh produk perbankan dan mutu pelayanan, serta sisanya (34,7%) disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti. | 13 - 21 |
Pendapatan dan Persepsi Anggota Terhadap Penerapan Internal Control System pada Pertanian Padi Organik | Sistem Pengendalian Internal atau Internal Control System (ICS) adalah manajemen konsolidasi mengenai upaya untuk sertifikasi produk organik. Karena mekanisme kolektif, petani mampu mengelola agribisnis yang lebih menguntungkan secara finansial. Tujuan penelitian ini: (1) menganalisis perbedaan tingkat pendapatan kelompok tani (poktan) yang bersertifikat organik dan non-organik bersertifikat, (2) mendapatkan gambaran pelaksanaan ICS di poktan Gapoktan Simpatik, dan (3) menganalisis persepsi anggota kelompok terhadap pelaksanaan ICS, baik bersertifikat atau tidak bersertifikat organik. Penelitian ini merupakan studi kasus di daerah hulu sungai Cideres dan Cigunungjaga di Kabupaten Sukahening, Tasikmalaya, yang merupakan anggota dari Gapoktan Simpatik. Analisis dilakukan dengan menggunakan rasio Revenue/Cost (R/C), analisis homogenitas data dengan tingkat pendapatan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, analisis perbedaan pendapatan antara kedua kelompok petani independen dengan menggunakan uji Mann-Whitney, dan analisis biplot untuk analisis persepsi anggota kelompok terhadap peubah implementasi ICS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio R/C untuk kelompok bersertifikat adalah 1,77, dan kelompok tidak bersertifikat 1,53. Tingkat pendapatan rataan dari kelompok bersertifikat Rp19.394.800/ha/tahun, sedangkan tidak bersertifikat Rp12.728.940/ha/tahun. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persepsi terhadap pelaksanaan ICS kelompok bersertifikat lebih baik daripada tidak bersertifikat. Sebagian besar kelompok bersertifikat mendekati vektor dari semua peubah, yang berarti bahwa mereka puas dan akrab dengan semua variabel, sedangkan kelompok tidak bersertifikat tidak mendekati vektor. Parameter yang luas bervariasi dengan respon kelompok bersertifikat adalah peubah pembelian, penanganan, pengolahan, dan ekspor, sedangkan peubah respon yang paling seragam dari poktan adalah peubah personil organisasi dan ICS. Sementara kelompok yang tidak bersertifikat disediakan berbagai penilaian terhadap peubah manajemen risiko dan penilaian yang seragam pada pemeriksaan eksternal dan sertifikasi. | 22 - 37 |
Investasi Penangkapan Ikan Tuna Semi Modern oleh PT Serena Marine di Perairan Sulawesi Utara | Ikan sebagai salah satu sumber daya alam memiliki potensi yang sangat tinggi sebagai sumber devisa negara dan pendapatan masyarakat. Teknik penangkapan yang tepat dari beberapa jenis ikan memberikan keuntungan optimal. Tujuan penelitian ini menganalisis kelayakan finansial dari teknik penangkapan semi modern ikan tuna oleh PT Serena Marine di perairan Sulawesi Utara. Metode analisis menggunakan asumsi-asumsi dan perhitungan kelayakan finansial dengan beberapa indikator seperti Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR) termasuk rasio profitabilitas seperti Return on Assets (ROA), Return on Investment (ROI) dan Return on Equity (ROE), termasuk breakeven point (BEP) dan payback period (PBP). Hasil analisis menunjukan bahwa aktivitas bisnis perusahaan ini layak secara finansial atau menguntungkan. Hasil kalkulasi menunjukan bahwa nilai NPV positif, BCR = 1,62 atau > 1 dan IRR adalah 46% atau lebih besar dari tingkat suku bunga dalam analisis. Sejalan dengan itu, semua nilai indikator profitabilitas di atas 1% (menguntungkan), PBP akan tercapai pada bulan ke-25 atau sesudah 2 tahun dan 1 bulan beroperasi, BEP dalam volume penangkapan 225.380 ton dan bernilai Rp2.809.367.816. Hal tersebut menunjukkan aktivitas penangkapan ikan tuna oleh PT Serena Marine adalah layak secara finansial. | 38 - 53 |
Pengembangan Pasar Tenun Serat PT Retota Sakti Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah | Potensi industri tenun nasional sebagai salah satu Usaha Kecil Menengah (UKM) sejauh ini belum digali secara maksimal, karena belum diikuti dengan pengembangan sistem manajemen produksi. Untuk itu, PT Retota Sakti telah mendorong manajemen perusahaan meningkatkan kemampuan kreatif tenunnya disertai dengan penerapan strategi pemasaran yang tepat menurut perkembangan situasi persaingan di industri tenun. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi dan mengevaluasi posisi Pemasaran PT Retota Sakti berdasarkan faktor internal dan eksternal, serta (2) Menyusun strategi pemasaran yang tepat dalam mengembangkan usaha ke depan. Penelitian dianalisis secara deskriptif untuk menekankan aspek pemasaran, meliputi permintaan produk untuk memenuhi kebutuhan pasar; penawaran, yang memberikan gambaran tentang ketersediaan produk dalam proses usaha budidaya, serta faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran; harga, yang memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual produk, hubungan antara harga jual dengan permintaan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual produk; persaingan dan peluang pasar serta pemasaran produk. Kajian strategi pemasaran tenun serat dilakukan dengan menggunakan analisis Strengths, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT) kuantitatif dan Quantitative Strategic Planning matrix (QSPM). Dari identifikasi faktor strategi, ada lima faktor kunci dari kekuatan dan empat faktor kunci kelemahan internal, sedangkan lingkungan eksternal ada lima faktor kunci peluang dan lima faktor kunci ancaman. Nilai IFE 2,842 dan EFE 2.530, kombinasi dari kedua nilai dalam matriks IE menunjukkan strategi pemasaran terletak pada kuadran lima, yaitu pertumbuhan dan stabilitas, melalui strategi penetrasi pasar, pengembangan produk dan pasar. Hasil analisis dengan matriks QSP diperoleh strategi meningkatkan kapasitas produksi. | 54 - 66 |
Pengembangan Industri Kecil dan Rumah Tangga Alas Kaki dalam Menuju Keberlanjutan Usaha dan Menghadapi China-ASEAN Free Trade Agreement | Industri alas kaki merupakan salah satu sektor industri kecil dan menengah yang didukung pemerintah nasional, namun pengembangan usaha pada industri ini masih relatif rendah. Berbagai kebijakan yang telah dilakukan pemerintah terkait pengaturan ekspor dan impor tampaknya belum memberikan manfaat nyata bagi perkembangan industri alas kaki nasional. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan diberlakukannya CAFTA (China-ASEAN Free Trade Agreement) di Indonesia. Minimnya kesiapan industri lokal dalam menghadapi berbagai produk China di dalam negeri, dikhawatirkan dapat menekan daya saing produk lokal menjadi semakin lemah. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi upaya pengembangan industri kecil dan kerajinan rumah tangga alas kaki, serta mengetahui pengaruh CAFTA pada keberlanjutan usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga alas kaki. Penelitian ini dilakukan di Bogor (kabupaten dan kota) yang merupakan salah satu sentra alas kaki di Indonesia. Contoh penelitian adalah industri kecil dan rumah tangga unggulan yang diambil secara purposive cluster sampling dengan responden 100 orang. Data dianalisis dengan mempergunakan statistik deskripitif dan Structural Equation Modelling (SEM) Hasil SEM menunjukkan bahwa upaya pengembangan industri kecildan kerajinan rumah tangga alas kaki dipengaruhi secara langsung oleh motivasi usaha dari para pengusaha dan kebijakan pemerintah yang mampu memfasilitasi para pengusaha pada industri ini. Peningkatan pada pengembangan usaha berpengaruh nyata pada keberlanjutan usaha, di mana keberlanjutan usaha juga dipengaruhi secara langsung oleh karakteristik dari pengusaha yang mampu mengoptimalkan produktivitasnya dan penerapan CAFTA yang direspon dengan kemampuan daya saing yang baik dari industri lokal bersangkutan. | 67 - 75 |
Kontribusi Modal Sosial dalam Penerapan Manajemen Pengetahuan Usaha Kecil dan Menengah Kluster Kerajinan di Bogor | Aktivitas dari kunjungan wisatawan memberikan kesempatan kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk berdiri, sehingga menyebabkan UKM di Kota Bogor yang terkenal sebagai kota wisata terus meningkat. Namun, sebagian besar sumber daya manusia (SDM) di UKM berpendidikan rendah, dengan keahlian teknis, kompetensi, kewirausahaan dan manajemen sederhana. Kegagalan dalam memanfaatkan potensi sentra untuk mengembangkan organisasi dan modal sosial yang dimiliki UKM menunjukkan bahwa UKM masih menghadapi masalah SDM bermutu rendah. Di sisi lain, pengetahuan dari anggota organisasi perlu dimutakhirkan dan ditransfer agar pengetahuan tersebut tetap memiliki nilai terpadu dengan visi dan misi organisasi. Berdasarkan kebutuhan tersebut, terdapat sebuah pendekatan dalam mengelola pengetahuan yang dikenal sebagai manajemen pengetahuan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan (1) menganalisis karakteristik modal sosial yang dimiliki organisasi UKM Bogor; (2) menganalisis karakteristik manajemen pengetahuan di organisasi UKM Bogor; (3) menganalisis kontribusi dan peran modal sosial pada implementasi manajemen pengetahuan organisasi UKM Bogor; dan (4) menganalisis hubungan peubah modal sosial dengan dengan peubah penerapan manajemen pengetahuan organisasi UKM Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis Partial Least Square. | 76 - 88 |
Prospek Pengembangan Usaha Keripik Pisang di Bandarlampung | Penelitian ini dilakukan untuk merumuskan skenario yang mungkin di masa depan (prospektif strategik). Skenario ini didasarkan pada kondisi yang mungkin terjadi di masa depan berdasarkan pada faktor-faktor kunci yang mempengaruhi perkembangan industri keripik pisang di Bandarlampung. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) keripik pisang, (2) menentukan perumusan strategi pengembangan UKM keripik pisang, dan (3) menentukan rekomendasi operasional untuk pengembangan dari UKM keripik pisang di Bandarlampung. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Prospektif untuk memprediksi kemungkinan yang terjadi di masa depan, mempersiapkan langkah strategik yang perlu dilakukan, dan melihat apakah diperlukan perubahan di masa depan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penentu keberhasilan pengembangan usaha keripik pisang untuk meningkatkan pangsa pasar dan menjadi produk unggulan di Bandarlampung adalah: (1) kemampuan teknis, (2) keterampilan manajerial, (3) akses terhadap informasi, (4) proses produksi, dan (5) ketersediaan bahan baku. Perumusan strategi pengembangan usaha dilakukan dengan menggabungkan hasil analisis stakeholder dan analisis prospektif untuk menghasilkan skenario optimis dalam pengembangan keripik pisang di Bandarlampung. Rekomendasi operasional yang dihasilkan untuk pengembangan keripik pisang di Bandarlampung adalah: (1) meningkatkan kemampuan teknis pengusaha, (2) meningkatkan keterampilan manajerial, (3) peningkatan akses terhadap informasi, (4) proses produksi yang lebih modern, dan (5) meningkatkan ketersediaan bahan baku. | 89 - 95 |
Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta | Salah satu komoditas perikanan yang sangat prospektif untuk dibudidayakan dalam skala industri dan rumah tangga adalah ikan lele (Clarias sp.). Tujuan kajian ini: (1) menganalisis kelayakan budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta (2) menganalisa potensi budidaya ikan lele di kolam terpal di tanah kering, (3) mengembangkan usaha alternatif di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang berfokus pada aspek teknis dan budidaya pengembangan usaha, serta analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT). Berdasarkan analisis kelayakan memiliki prospek yang menjanjikan dan layak untuk dikembangkan. Untuk memaksimalkan pendapatan petani lele, kombinasi strategi SO, strategi WO dan strategi ST merupakan strategi yang tepat untuk dipilih petani. Untuk memaksimalkan pendapatan pembudidaya ikan lele, dilakukan penambahan jumlah dan luas kolam, serta mengembangkan usaha budidaya, menerapkan cara-cara pemeliharaan dan budidaya yang baik, serta memperluas jangkauan pasar mulai dari konsumen perorangan, pasar tradisional rumah makan dan restoran hingga ke pasar modern untuk meningkatkan efisiensi modal dan meningkatkan keuntungan bagi petani lele pada lahan kering di Kabupaten Gunung Kidul. | 96 - 105 |
Evaluasi Kinerja Usaha Petani Garam Rakyat di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat | Banjir impor garam dari negara empat musim untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan kebutuhan industri ke Indonesia membuat harga garam rendah. Air laut tropis yang kaya dan sinar matahari dengan garis pantai terpanjang keempat di dunia, tetapi pada tahun 2010 produksinya hanya 30.600 ton garam atau kurang dari 1% dari kebutuhan nasional, karena panen di sejumlah pusat produksi 1,000-7,000 ton. Area kolam salah satu faktor yang memengaruhi produksi garam merupakan bagian integral dari kinerja produksi produsen garam nasional. Kinerja bisnis pada petani garam rakyat dianalisis atas pengaruh luas lahan tambak pada produktivitas, mutu dan kinerja keuangan dengan analisis varians (Anova atau analysis of varians), untuk mutu dilakukan tes laboratorium dan analisis kinerja keuangan dengan menggunakan perhitungan pendapatan, Revenue/Cost (R/C) ratio dan Benefit/Cost (B/C) ratio. Hasil analisis menunjukkan keragaman produktivitas tidak nyata. Keragaman salinitas air laut tertinggi pada orang-orang yang memproduksi garam dengan luas 0,23 hektar lahan dengan rataan 4.576.666,67, skor terendah pada kelompok flat garam petani dengan luas 0,85 hektar lahan dengan rataan 1.677.500. Hasil analisis menunjukkan keragaman pendapatan tidak nyata. R/C ratio dan B/C ratio yang dihasilkan memberikan nilai tertinggi pada kelompok orang yang memproduksi dataran garam seluas 0,23 hektar dengan rataan 10,1533, terendah pada kelompok petani garam dengan luas lahan rataan dari 0,85 hektar dengan rataan 3,2367. Pengaruh garam tambak lahan produktivitas, kualitas dan kinerja keuangan Hasil analisis menunjukkan analisis varians tidak adanya perbedaan yang nyata, maka kinerja usaha rakyat petani garam dinilai rendah dan perlu ditingkatkan oleh petani garam. | 106 - 118 |