Judul | Abstract | Halaman |
---|
Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia | Melihat pertumbuhan yang cepat bisnis global, pembentukan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
berdaya saing menjadi mutlak untuk dilakukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing UKM
adalah daya inovasi dan kemampuan teknologi, dimana pada UKM disebabkan lemahnya akses
terhadap teknologi. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya titik temu antara lembaga penelitian
dan pengembangan sebagai penghasil teknologi dan UKM sebagai pengguna, sehingga diperlukan
adanya lembaga yang dapat menjembatani antara lembaga penelitian dan UKM. Dalam konsep Sistem
Inovasi (SI), ada lembaga yang mempunyai peran dan fungsi sebagai penghubung, yaitu Lembaga
Intermediasi (LI). Kajian ini memilih satu LI, yaitu Balai Inkubator Teknologi (BIT) di Puspitek Serpong,
yang bertujuan (1) mengidentifikasi karakteristik dan kondisi BIT, (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan BIT sebagai LI, (3) merumuskan strategi dan kelayakan pengembangan
BIT. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal-External (IE),
Strength, Weaknesses, Opportunities, and Threaths (SWOT) dan Quantitative Strategic Planing Matrix
(QSPM) digunakan untuk pengolahan dan analisis data. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
BIT adalah jumlah sumber daya manusia (SDM), dana, sarana dan prasarana, layanan, networking yang
cukup memadai, dan komitmen kuat. Berdasarkan analisis, fungsi BIT telah memenuhi kelayakan
sebagai suatu organisasi yang baik, yaitu sebagai lembaga intermediasi dan inkubator bisnis.
Berdasarkan penentuan matriks QSPM, diperoleh urutan strategi utama untuk diterapkan di BIT, yaitu (1)
Meningkatkan pemanfaatan dan penggunaan sumber daya yang ada untuk meningkatkan jumlah dan
daya saing UKM binaan; (2) Menjaga dan meningkatkan mutu dan kuantitas layanan teknologi dengan
memanfaatkan teknologi hasil lembaga litbang; (3) Menjaga dan meningkatkan mutu dan kuantitas
layanan akses pasar untuk memanfaatkan potensi pasar bagi produk-produk UKM binaan. | 95 - 101 |
Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Beras Cimanuk Melalui Peningkatan Mutu oleh PD Jaya Saputa, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten | PD Jaya Saputra sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM), yang menghasilkan beras Cimanuk, ingin
produknya menjadi ikon kebanggaan Pandeglang. Beras Cimanuk memiliki mutu baik, sehingga dapat
menembus bukan hanya nasional, tetapi juga pasar internasional (ekspor). Tujuan dari kajian (1)
Mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi UKM PD Jaya Saputra, (2) Menganalisis kelayakan
pengembangan usaha melalui peningkatan mutu, dan (3) Menyusun alternatif strategi yang tepat untuk
pengembangan usahanya melalui peningkatan mutu. Data yang diperlukan untuk penelitian ini berasal
dari data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan melalui metode deskriptif, yaitu Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM),
serta analisis kelayakan melalui kriteria penilaian Payback Period (PBP), Net Benefit/Cost (Net B/C),
Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). Internal Factor
Evaluation (IFE) matriks menghasilkan skor 2,688, External Factor Evaluation (EFE) matriks 2,758, dan
Internal-External (IE) matriks, yang semuanya berada pada kuadran V, yaitu pertumbuhan/stabilisasi,
yang berarti perusahaan harus melakukan strategi penetrasi pasar dan pengembangan. Strategi yang
direkomendasikan menerapkan teknologi produksi padi untuk mendapatkan mutu, meningkatkan dan
menjaga mutu sesuai dengan nilai beras dan peraturan mutu untuk mempertahankan loyalitas
konsumen, meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) di bagian produksi dan pemasaran melalui
distribusi resmi. Hasil analisis kelayakan menunjukkan kriteria BEP 84,866, 32 PBP bulan, Net B/C 1,044,
NPV positif 765,395, dan IRR 17%. Peningkatan mutu dapat dilakukan melalui peningkatan manajemen
SDM, budi daya, panen dan pasca panen, termasuk perbaikan mesin dan kemasan yang tepat. | 102 - 110 |
Kelayakan dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Tahu di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat | Kabupaten Kuningan sebagai daerah dengan pertanian sebagai mata pencaharian utama
penduduknya, memiliki potensi dalam sektor industri pengolahan hasil pertanian. Salah satu industri kecil
(IK) yang bertahan dan terus berkembang sejak tahun 1960-an di Kabupaten Kuningan adalah industri
tahu. Tujuan dari kajian ini adalah menganalisa kinerja usaha, menganalisis kebutuhan dan kelayakan
pengembangan usaha, serta merumuskan strategi pengembangan IK tahu. Metode pengumpulan data
melalui survei lapangan, wawancara dengan pendekatan pakar melalui kuesioner. Data diperoleh dari
Pemda Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat, dan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (KOPTI)
Kabupaten Kuningan. Pengolahan data menggunakan uji Friedman dan Analytical Hierarchy Process
(AHP). Analisa kelayakan pengembangan usaha IK tahu didapatkan nilai Net Present Value (NPV)
Rp395.696.655 (positif), Internal Rate of Return (IRR) 38,72% (lebih besar dari discount rate 14%),
Benefit/Cost Ratio (B/C ratio) 3,10, Pay Back Period (PBP) 1,19 tahun (kurang dari umur ekonomis 10
tahun) dan titik impas produksi (260.304 unit tahu). Kesemua kriteria tersebut menunjukkan
pengembangan usaha tahu layak untuk dilaksanakan. Strategi pengembangan berdasarkan analisis AHP
meliputi aspek proses pengolahan produk, pengolahan limbah dan pembiayaan usaha. Prioritas strategi
untuk peningkatan mutu produk dengan pelatihan sumber daya manusia (SDM) berkaitan dengan teknik
penjadwalan terkait penggunaan bahan baku, pemilihan bahan baku, pembagian pekerjaan, teknik
penyusunan Standard Operational Procedure (SOP), serta pengawasan dan pengendalian mutu produk.
Prioritas strategi dalam upaya pengolahan limbah adalah dengan pelatihan SDM dalam pengolahan
limbah cair menjadi biogas, pembuatan nata de soya dan pembuatan biofilter. Prioritas strategi dalam
pembiayaan usaha adalah pinjaman modal usaha dari koperasi, yaitu KOPTI. | 111 - 121 |
Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Makanan Ringan Pada PD Sinar Berlian di Jakarta Barat | Industri makanan umumnya berkembang dengan menambah kapasitas produksi berupa
penambahan kapasitas mesin, penambahan sumber daya manusia (SDM) yang disebabkan oleh
kapasitas produksi yang ada sudah tidak mencukupi. Tujuan kajian adalah (1) Menganalisis kelayakan
usaha; (2) Menganalisis dan mengevaluasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kelangsungan usaha, serta (3) Merumuskan prioritas strategi pemasaran. Metode pengumpulan data
diperoleh dengan cara observasi dan wawancara. Analisis kelayakan usaha dengan pendekatan rasio
finansial, seperti Payback Period (PBP), Benefit/Cost (B/C) Ratio, Net Present Value (NPV) dan Internal
Rate of Return (IRR). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan matriks Internal Factor Evaluation
(IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal External (IE), Strengths, Weaknesses, Opportunities and
Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasil analisis kelayakan finansial
menunjukkan bahwa PBP selama 2,3 tahun (27 bulan), Net B/C 1,75, pada tingkat diskonto 9,2%
diperoleh nilai NPV positif Rp747,79 juta, IRR 33,60% lebih besar tingkat diskonto yang disyaratkan
9,2%. Hal ini menunjukkan usaha di PD Sinar Berlian secara finansial layak dilaksanakan. Hasil
identifikasi dan evaluasi faktor strategi, diperoleh nilai IFE 2,776 dan EFE 2,677. Perpaduan dari kedua
nilai tersebut dalam matriks IE menunjukkan strategi pemasaran terletak pada kuadran lima, yaitu
pertumbuhan dan stabilitas. Strategi yang dapat dijalankan, yaitu penetrasi pasar, pengembangan produk
dan pasar. Berdasarkan perhitungan matriks QSP diperoleh strategi yang paling menarik untuk
diterapkan adalah dari aspek pemasaran, yaitu memperluas pangsa pasar di kota-kota besar Indonesia
dengan memanfaatkan media promosi. | 122 - 130 |
Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii dengan Metode Longline dan Strategi Pengembangannya di Perairan Karimunjawa | lvarezii, karena tergolong usaha rendah modal, teknologi produksinya murah, siklus produksi singkat,
penanganan pascapanen mudah dan sederhana, serta pangsa pasar masih terbuka. Kajian ini bertujuan
untuk (1) Mengevaluasi kelayakan usaha; (2) Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi usaha; dan (3) Menyusun strategi yang tepat dalam mengembangkan usaha budi daya
Rumput laut. Data keuangan dianalisis berdasarkan kriteria nilai Net Present Value (NPV), B/C
(Benefit/Cost) ratio, Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP) dan Break Even Point (BEP).
Identifikasi faktor lingkungan dievaluasi dengan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External
Factor Evaluation (EFE), dipetakan dengan matriks Internal-External (IE) untuk melihat posisi
perusahaan. Perumusan strategi dengan matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats
(SWOT) dan matriks Quantitative Strategic Planning (QSP). Hasil analisis kelayakan menunjukkan usaha
budi daya Rumput laut dengan metode longline secara finansial menguntungkan dan layak dilaksanakan.
Hal ini ditunjukkan dengan tingkat bunga 14% diperoleh nilai NPV positif 30,81 juta rupiah; (B/C) ratio >1
(2,69); nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan (47,58%); PBP selama 1,61 tahun; nilai
BEP 13,23 juta rupiah, atau penjualan 1.474 kg Rumput laut kering. Total skor nilai pada matriks internal
2,52 dan matriks eksternal 2,83. Perpaduan kedua nilai tersebut menunjukkan posisi usaha terletak pada
sel V, atau strategi pertumbuhan. Strategi yang tepat dilakukan adalah pemberdayaan anggota dan
kelompok usaha untuk meningkatkan usahanya, memperluas lahan usaha budi daya, dan peningkatan
keterampilan teknis budi daya untuk peningkatan mutu produk. Ketiga strategi tersebut dapat
dilaksanakan bersamaan, karena saling mendukung satu dengan yang lain. | 131 - 142 |
Tingkat Penerapan Manajemen Mutu pada UMKM Pembenihan Udang di Jawa Timur | Udang merupakan salah satu komoditas unggulan dari sektor perikanan. Mutu benih merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budi daya udang, sehingga dalam kegiatan usahanya
harus menerapkan teknik pembenihan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Operasional
Prosedur (SOP), serta menerapkan manajemen mutu perbenihan, yaitu Cara Pembenihan Ikan Yang
Baik (CPIB) atau Good Hatchery Practices (GHP). Tujuan kajian ini: (1) Mengetahui tingkat penerapan
manajemen mutu pada usaha kecil menengah (UKM) pembenihan udang dan (2) Menganalisis
hubungan tingkat penerapan manajemen mutu terhadap kinerja perusahaan. Lokasi kajian dilakukan
pada unit-unit pembenihan udang di kabupaten Situbondo dan Banyuwangi, baik yang sudah, atau belum
lulus sertifikasi CPIB. Metode pengumpulan data meliputi wawancara dan observasi. Tingkat penerapan
manajemen mutu pada pembenihan udang yang berada di Jawa Timur, baik yang telah disertifikasi
maupun yang belum, berada pada level cukup tinggi, pada 3 tingkatan yang berbeda, yaitu tingkat
Statistic Quality Control atau SQC (42,9%), Quality Assurance atau QA (21,4%) dan 35,7% pada tingkat
penerapan Total Quality Manajemen (TQM). Dari semua tingkatan lulusan penerapan manajemen mutu
SQC, QA maupun TQM, terdapat empat faktor dominan yang dapat mempengaruhi kinerja Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM), yaitu effisiensi biaya, persentase Sarjana (S1), persentase sumber daya
manusia (SDM) yang mengikuti pelatihan per tahun, dan persentase keluhan pelanggan. Kebijakan yang
perlu diambil untuk level TQM adalah melakukan manajemen pengawasan mutu sehingga faktor-faktor
dominan yang dapat memberikan kinerja usaha tinggi dapat tetap dipertahankan. Untuk level SQC
dilakukan kegiatan pengawasan mutu yang disinkronkan dengan kegiatan pelatihan memadai, mengingat
tingkat pelatihan di level ini relatif sangat rendah. Kebijakan yang perlu diambil untuk level QA adalah
perlunya peningkatan mutu benur agar memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan dan akan lebih
baik lagi, jika memperoleh sertifikasi kelayakan, sehingga mampu meningkatkan daya saing jual benur,
baik jumlah maupun harga. Adanya jaminan mutu produksi perlu dilakukan, mengingat level ini memiliki
jumlah keluhan pelanggan sangat tinggi dibandingkan kedua level lainnya, jauh di atas rataan. | 143 - 151 |
Tingkat Penerapan Manajemen Mutu pada Usaha IKM Chide Wrought Iron Design | Usaha kecil menengah (UKM) adalah salah satu kegiatan ekonomi yang tumbuh dan berkontribusi
nyata terhadap pendapatan masyarakat. Terdapat berbagai tingkat produk, mutu dan kuantitas yang
dibuat oleh IKM. Perusahaan menengah kecil dengan produk bermutu baik dan harga terjangkau yang
dipilih oleh masyarakat. Kajian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat aplikasi pihak manajemen mutu di
perusahaan-perusahaan menengah kecil. Teknik pengumpulan data dengan metode sensus menggunakan alat bantu kuesioner bersifat tertutup dengan skala Likert (1-5) berbentuk verbal dalam jumlah
kategori sangat setuju-sangat tidak setuju. Data dianalisis secara deskriptif untuk melihat persepsi
konsumen terhadap pernyataan dalam kuesioner dengan Teknik Rentang Kriteria. Untuk mengetahui
kinerja perusahaan digunakan Balanced Scorecard (BSC). Hasil kajian menunjukkan bahwa manajemen
mutu dianggap telah diimplementasikan dengan baik oleh pemilik perusahaan, karyawan, konsumen dan
distributor. Hasil analisis BSC menunjukkan: (1) aspek keuangan yang sehat ditunjukkan dengan rasio
rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas di atas 100%; (2) perspektif pelanggan menunjukkan dari
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan pelanggan 8 dari 13 (61,5%) telah setia selama 3
tahun; (3) proses bisnis internal cukup baik dari poin berdiri dari kemampuan inovasi dan operasi.
Layanan purna jual tidak dilakukan dengan hati-hati; (4) organisasi belajar dan pertumbuhan dinyatakan
oleh kepuasan karyawan cukup baik (96%). Sekelas industri kecil ChiDe Wrought Iron Design,
penerapan ISO 9000 tampaknya tidak penting untuk diterapkan dengan alasan bahwa konsumen tidak
memerlukan sertifikasi ISO 9000 sebagai jaminan mutu produk. Hal terpenting dan perlu dikembangkan
perusahaan adalah komitmen terhadap mutu produk, efisiensi, efektivitas, produktivitas dan perbaikan
berkelanjutan pada proses produksi. | 152 - 165 |
Strategi Peningkatan Konsumsi Ikan di Kota Depok, Jawa Barat | Indonesia memiliki potensi ikan yang melimpah, tetapi tidak diikuti dengan tingkat konsumsi ikan
dalam negeri yang tinggi. Dalam hal ini, perilaku, persepsi dan preferensi konsumen menjadi penting
untuk diketahui. Tujuan penelitian ini menganalisis pola konsumsi ikan di masyarakat, menganalisis
persepsi masyarakat terhadap produk ikan, mengidentifikasi preferensi masyarakat terhadap ikan dan
menyusun strategi pengembangan peningkatan konsumsi ikan. Metode dalam kajian menggunakan
analisis deskriptif dan analisis logit. Responden dalam kajian berjumlah 120 responden anggota rumah
tangga. Hasil kajian menunjukkan pola yang meningkat seiring dengan semakin bertambahnya usia.
Pilihan konsumsi ikan dalam bentuk segar mengalami pergeseran menjadi bentuk olahan seiring dengan
meningkatnya pendidikan konsumen. Preferensi masyarakat terhadap ikan secara umum menunjukkan
pola preferensi yang homogen. Hasil analisis logit dan uji khi kuadrat menunjukkan bahwa hanya
terdapat satu faktor yang paling dominan mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi ikan, yakni
usia. Strategi pengembangan produk yang perlu dilakukan adalah mendekatkan ikan segar yang bermutu
baik kepada masyarakat dan pengembangan produk olahan ikan bakso ikan, nugget ikan dan ikan
kaleng, pengenalan ragam produk olahan dengan media yang tepat, serta mendekatkan ikan kepada
masyarakat dengan harga terjangkau. | 166 - 171 |
Bantuan dan Kemitraan terhadap Tingkat Pendapatan UMK Pengolahan Hasil Perikanan di Indonesia | Usaha Mikro dan Kecil mempunyai peran strategik dalam perekonomian nasional, terutama dalam
penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan menumbuhkan aktivitas
perekonomian di daerah. Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998, peranan UMK
meningkat dengan tajam, karena usaha-usaha skala besar banyak yang rapuh dan berguguran akibat
krisis ekonomi tersebut. Secara umum tujuan kajian ini adalah mengkaji hasil kebijakan dan memberikan
masukan bagi pengambil keputusan tentang UMK. Secara khusus kajian ini bertujuan untuk (1)
Mengidentifikasi jenis bantuan dan kemitraan yang diberikan pemerintah, swasta dan pelayanan koperasi
terhadap UMK, (2) Menganalisis tingkat pendapatan UMK, (3) Menganalisis pengaruh bantuan dan
kemitraan terhadap pendapatan UMK. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dengan tabulasi
silang dan statistik inferensia dengan menggunakan Uji beda rata-rata, dengan memanfaatkan analisis
ragam (ANOVA/Analysis of Variance). Secara umum, dari 1.785 contoh UMK terdapat 48,29% pelaku
usaha berjenis kelamin laki-laki dan berusia 30-59 tahun (82,02%), dengan pendidikan (74,73%) SD ke
bawah. UMK yang menerima bantuan dan kemitraan, kapasitas produksinya terdistribusi pada tingkat 51-
75% dan 75% ke atas. Terdapat 72,92% UMK yang menerima bantuan dan kemitraan yang mengalami
kesulitan. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada rataan
keuntungan UMK tanpa perlakuan dengan UMK yang menerima bantuan dan UMK yang menjalin
kemitraan, tetapi tidak terdapat perbedaan nyata antara UMK tanpa perlakuan dengan UMK yang
menerima bantuan sekaligus menjalin kemitraan. | 172 - 180 |
Usaha Budi Daya Pepaya Bangkok dengan Sistem Lahan Sewa | Salah satu bidang agribisnis yang memiliki prospek baik untuk pengembangan budi daya adalah
tanaman Pepaya Bangkok, karena permintaan pasar masih besar, investasi payback period (PBP) yang
cepat, harganya relatif stabil, dan panen terus menerus sepanjang tahun. Peluang pasar masih terbuka
lebar, karena pasokan saat ini masih kurang. Objek kajian adalah budi daya pertanian Pepaya Bangkok,
terletak di Prangkoan Desa Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tujuan kajian untuk (1)
Menganalisis kelayakan usaha budi daya Pepaya Bangkok dengan lahan sendiri dan sistem sewa, serta
(2) Mengidentifikasi kiat-kiat meningkatkan efisiensi budi daya Pepaya Bangkok yang paling optimal.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial menggunakan kriteria Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), Sensitifitas, dan analisis
Brean Even Point (BEP). Nilai NPV budi daya di lahan sendiri lebih tinggi Rp103.793.371,93, sementara
di lahan sewa Rp60.069.785,97. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat bersih yang diterima dari budi daya
di lahan sendiri lebih besar daripada sewa. Dilihat dari nilai IRR dan B/C ratio, menunjukkan bahwa nilai
IRR dan B/C ratio untuk semua budi daya > 0, sehingga baik dengan mengolah di lahan sendiri, atau di
lahan sewa memenuhi syarat untuk dilakukan. Bila dilihat dari BEP, BEP untuk budi daya lahan sendiri
adalah 1.548 unit dan Rp6.190.661, sedangkan untuk di lahan sewa 6.972 unit dan Rp10.457.406,67.
Perbandingan antara kelayakan finansial budi daya kedua tempat menunjukkan bahwa kedua jenis
usaha, budi daya di lahan sendiri lebih layak dibudidayakan. Hal ini dapat dilihat dari kriteria kelayakan
finansial budi daya di lahan sendiri memiliki nilai lebih baik. | 181 - 187 |