Manajemen IKM (Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah) Volume 7, Nomor 2, September 2012

Informasi Detil

Volume
Volume 7, Nomor 2, September 2012
Penerbit Institut Pertanian Bogor : Bogor.,
ISSN
2085 - 8418
Subyek

Artikel Jurnal

JudulAbstractHalaman
Strategi dan Kelayakan Pengembangan Lembaga Intermediasi untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah di IndonesiaMelihat pertumbuhan yang cepat bisnis global, pembentukan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berdaya saing menjadi mutlak untuk dilakukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing UKM adalah daya inovasi dan kemampuan teknologi, dimana pada UKM disebabkan lemahnya akses terhadap teknologi. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya titik temu antara lembaga penelitian dan pengembangan sebagai penghasil teknologi dan UKM sebagai pengguna, sehingga diperlukan adanya lembaga yang dapat menjembatani antara lembaga penelitian dan UKM. Dalam konsep Sistem Inovasi (SI), ada lembaga yang mempunyai peran dan fungsi sebagai penghubung, yaitu Lembaga Intermediasi (LI). Kajian ini memilih satu LI, yaitu Balai Inkubator Teknologi (BIT) di Puspitek Serpong, yang bertujuan (1) mengidentifikasi karakteristik dan kondisi BIT, (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BIT sebagai LI, (3) merumuskan strategi dan kelayakan pengembangan BIT. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal-External (IE), Strength, Weaknesses, Opportunities, and Threaths (SWOT) dan Quantitative Strategic Planing Matrix (QSPM) digunakan untuk pengolahan dan analisis data. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BIT adalah jumlah sumber daya manusia (SDM), dana, sarana dan prasarana, layanan, networking yang cukup memadai, dan komitmen kuat. Berdasarkan analisis, fungsi BIT telah memenuhi kelayakan sebagai suatu organisasi yang baik, yaitu sebagai lembaga intermediasi dan inkubator bisnis. Berdasarkan penentuan matriks QSPM, diperoleh urutan strategi utama untuk diterapkan di BIT, yaitu (1) Meningkatkan pemanfaatan dan penggunaan sumber daya yang ada untuk meningkatkan jumlah dan daya saing UKM binaan; (2) Menjaga dan meningkatkan mutu dan kuantitas layanan teknologi dengan memanfaatkan teknologi hasil lembaga litbang; (3) Menjaga dan meningkatkan mutu dan kuantitas layanan akses pasar untuk memanfaatkan potensi pasar bagi produk-produk UKM binaan.95 - 101
Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Beras Cimanuk Melalui Peningkatan Mutu oleh PD Jaya Saputa, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang Provinsi BantenPD Jaya Saputra sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM), yang menghasilkan beras Cimanuk, ingin produknya menjadi ikon kebanggaan Pandeglang. Beras Cimanuk memiliki mutu baik, sehingga dapat menembus bukan hanya nasional, tetapi juga pasar internasional (ekspor). Tujuan dari kajian (1) Mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi UKM PD Jaya Saputra, (2) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha melalui peningkatan mutu, dan (3) Menyusun alternatif strategi yang tepat untuk pengembangan usahanya melalui peningkatan mutu. Data yang diperlukan untuk penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan melalui metode deskriptif, yaitu Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), serta analisis kelayakan melalui kriteria penilaian Payback Period (PBP), Net Benefit/Cost (Net B/C), Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). Internal Factor Evaluation (IFE) matriks menghasilkan skor 2,688, External Factor Evaluation (EFE) matriks 2,758, dan Internal-External (IE) matriks, yang semuanya berada pada kuadran V, yaitu pertumbuhan/stabilisasi, yang berarti perusahaan harus melakukan strategi penetrasi pasar dan pengembangan. Strategi yang direkomendasikan menerapkan teknologi produksi padi untuk mendapatkan mutu, meningkatkan dan menjaga mutu sesuai dengan nilai beras dan peraturan mutu untuk mempertahankan loyalitas konsumen, meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) di bagian produksi dan pemasaran melalui distribusi resmi. Hasil analisis kelayakan menunjukkan kriteria BEP 84,866, 32 PBP bulan, Net B/C 1,044, NPV positif 765,395, dan IRR 17%. Peningkatan mutu dapat dilakukan melalui peningkatan manajemen SDM, budi daya, panen dan pasca panen, termasuk perbaikan mesin dan kemasan yang tepat.102 - 110
Kelayakan dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Tahu di Kabupaten Kuningan, Jawa BaratKabupaten Kuningan sebagai daerah dengan pertanian sebagai mata pencaharian utama penduduknya, memiliki potensi dalam sektor industri pengolahan hasil pertanian. Salah satu industri kecil (IK) yang bertahan dan terus berkembang sejak tahun 1960-an di Kabupaten Kuningan adalah industri tahu. Tujuan dari kajian ini adalah menganalisa kinerja usaha, menganalisis kebutuhan dan kelayakan pengembangan usaha, serta merumuskan strategi pengembangan IK tahu. Metode pengumpulan data melalui survei lapangan, wawancara dengan pendekatan pakar melalui kuesioner. Data diperoleh dari Pemda Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat, dan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kabupaten Kuningan. Pengolahan data menggunakan uji Friedman dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Analisa kelayakan pengembangan usaha IK tahu didapatkan nilai Net Present Value (NPV) Rp395.696.655 (positif), Internal Rate of Return (IRR) 38,72% (lebih besar dari discount rate 14%), Benefit/Cost Ratio (B/C ratio) 3,10, Pay Back Period (PBP) 1,19 tahun (kurang dari umur ekonomis 10 tahun) dan titik impas produksi (260.304 unit tahu). Kesemua kriteria tersebut menunjukkan pengembangan usaha tahu layak untuk dilaksanakan. Strategi pengembangan berdasarkan analisis AHP meliputi aspek proses pengolahan produk, pengolahan limbah dan pembiayaan usaha. Prioritas strategi untuk peningkatan mutu produk dengan pelatihan sumber daya manusia (SDM) berkaitan dengan teknik penjadwalan terkait penggunaan bahan baku, pemilihan bahan baku, pembagian pekerjaan, teknik penyusunan Standard Operational Procedure (SOP), serta pengawasan dan pengendalian mutu produk. Prioritas strategi dalam upaya pengolahan limbah adalah dengan pelatihan SDM dalam pengolahan limbah cair menjadi biogas, pembuatan nata de soya dan pembuatan biofilter. Prioritas strategi dalam pembiayaan usaha adalah pinjaman modal usaha dari koperasi, yaitu KOPTI.111 - 121
Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Makanan Ringan Pada PD Sinar Berlian di Jakarta BaratIndustri makanan umumnya berkembang dengan menambah kapasitas produksi berupa penambahan kapasitas mesin, penambahan sumber daya manusia (SDM) yang disebabkan oleh kapasitas produksi yang ada sudah tidak mencukupi. Tujuan kajian adalah (1) Menganalisis kelayakan usaha; (2) Menganalisis dan mengevaluasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kelangsungan usaha, serta (3) Merumuskan prioritas strategi pemasaran. Metode pengumpulan data diperoleh dengan cara observasi dan wawancara. Analisis kelayakan usaha dengan pendekatan rasio finansial, seperti Payback Period (PBP), Benefit/Cost (B/C) Ratio, Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal External (IE), Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa PBP selama 2,3 tahun (27 bulan), Net B/C 1,75, pada tingkat diskonto 9,2% diperoleh nilai NPV positif Rp747,79 juta, IRR 33,60% lebih besar tingkat diskonto yang disyaratkan 9,2%. Hal ini menunjukkan usaha di PD Sinar Berlian secara finansial layak dilaksanakan. Hasil identifikasi dan evaluasi faktor strategi, diperoleh nilai IFE 2,776 dan EFE 2,677. Perpaduan dari kedua nilai tersebut dalam matriks IE menunjukkan strategi pemasaran terletak pada kuadran lima, yaitu pertumbuhan dan stabilitas. Strategi yang dapat dijalankan, yaitu penetrasi pasar, pengembangan produk dan pasar. Berdasarkan perhitungan matriks QSP diperoleh strategi yang paling menarik untuk diterapkan adalah dari aspek pemasaran, yaitu memperluas pangsa pasar di kota-kota besar Indonesia dengan memanfaatkan media promosi.122 - 130
Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii dengan Metode Longline dan Strategi Pengembangannya di Perairan Karimunjawalvarezii, karena tergolong usaha rendah modal, teknologi produksinya murah, siklus produksi singkat, penanganan pascapanen mudah dan sederhana, serta pangsa pasar masih terbuka. Kajian ini bertujuan untuk (1) Mengevaluasi kelayakan usaha; (2) Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha; dan (3) Menyusun strategi yang tepat dalam mengembangkan usaha budi daya Rumput laut. Data keuangan dianalisis berdasarkan kriteria nilai Net Present Value (NPV), B/C (Benefit/Cost) ratio, Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP) dan Break Even Point (BEP). Identifikasi faktor lingkungan dievaluasi dengan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), dipetakan dengan matriks Internal-External (IE) untuk melihat posisi perusahaan. Perumusan strategi dengan matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan matriks Quantitative Strategic Planning (QSP). Hasil analisis kelayakan menunjukkan usaha budi daya Rumput laut dengan metode longline secara finansial menguntungkan dan layak dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat bunga 14% diperoleh nilai NPV positif 30,81 juta rupiah; (B/C) ratio >1 (2,69); nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan (47,58%); PBP selama 1,61 tahun; nilai BEP 13,23 juta rupiah, atau penjualan 1.474 kg Rumput laut kering. Total skor nilai pada matriks internal 2,52 dan matriks eksternal 2,83. Perpaduan kedua nilai tersebut menunjukkan posisi usaha terletak pada sel V, atau strategi pertumbuhan. Strategi yang tepat dilakukan adalah pemberdayaan anggota dan kelompok usaha untuk meningkatkan usahanya, memperluas lahan usaha budi daya, dan peningkatan keterampilan teknis budi daya untuk peningkatan mutu produk. Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan bersamaan, karena saling mendukung satu dengan yang lain.131 - 142
Tingkat Penerapan Manajemen Mutu pada UMKM Pembenihan Udang di Jawa TimurUdang merupakan salah satu komoditas unggulan dari sektor perikanan. Mutu benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budi daya udang, sehingga dalam kegiatan usahanya harus menerapkan teknik pembenihan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Operasional Prosedur (SOP), serta menerapkan manajemen mutu perbenihan, yaitu Cara Pembenihan Ikan Yang Baik (CPIB) atau Good Hatchery Practices (GHP). Tujuan kajian ini: (1) Mengetahui tingkat penerapan manajemen mutu pada usaha kecil menengah (UKM) pembenihan udang dan (2) Menganalisis hubungan tingkat penerapan manajemen mutu terhadap kinerja perusahaan. Lokasi kajian dilakukan pada unit-unit pembenihan udang di kabupaten Situbondo dan Banyuwangi, baik yang sudah, atau belum lulus sertifikasi CPIB. Metode pengumpulan data meliputi wawancara dan observasi. Tingkat penerapan manajemen mutu pada pembenihan udang yang berada di Jawa Timur, baik yang telah disertifikasi maupun yang belum, berada pada level cukup tinggi, pada 3 tingkatan yang berbeda, yaitu tingkat Statistic Quality Control atau SQC (42,9%), Quality Assurance atau QA (21,4%) dan 35,7% pada tingkat penerapan Total Quality Manajemen (TQM). Dari semua tingkatan lulusan penerapan manajemen mutu SQC, QA maupun TQM, terdapat empat faktor dominan yang dapat mempengaruhi kinerja Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), yaitu effisiensi biaya, persentase Sarjana (S1), persentase sumber daya manusia (SDM) yang mengikuti pelatihan per tahun, dan persentase keluhan pelanggan. Kebijakan yang perlu diambil untuk level TQM adalah melakukan manajemen pengawasan mutu sehingga faktor-faktor dominan yang dapat memberikan kinerja usaha tinggi dapat tetap dipertahankan. Untuk level SQC dilakukan kegiatan pengawasan mutu yang disinkronkan dengan kegiatan pelatihan memadai, mengingat tingkat pelatihan di level ini relatif sangat rendah. Kebijakan yang perlu diambil untuk level QA adalah perlunya peningkatan mutu benur agar memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan dan akan lebih baik lagi, jika memperoleh sertifikasi kelayakan, sehingga mampu meningkatkan daya saing jual benur, baik jumlah maupun harga. Adanya jaminan mutu produksi perlu dilakukan, mengingat level ini memiliki jumlah keluhan pelanggan sangat tinggi dibandingkan kedua level lainnya, jauh di atas rataan.143 - 151
Tingkat Penerapan Manajemen Mutu pada Usaha IKM Chide Wrought Iron DesignUsaha kecil menengah (UKM) adalah salah satu kegiatan ekonomi yang tumbuh dan berkontribusi nyata terhadap pendapatan masyarakat. Terdapat berbagai tingkat produk, mutu dan kuantitas yang dibuat oleh IKM. Perusahaan menengah kecil dengan produk bermutu baik dan harga terjangkau yang dipilih oleh masyarakat. Kajian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat aplikasi pihak manajemen mutu di perusahaan-perusahaan menengah kecil. Teknik pengumpulan data dengan metode sensus menggunakan alat bantu kuesioner bersifat tertutup dengan skala Likert (1-5) berbentuk verbal dalam jumlah kategori sangat setuju-sangat tidak setuju. Data dianalisis secara deskriptif untuk melihat persepsi konsumen terhadap pernyataan dalam kuesioner dengan Teknik Rentang Kriteria. Untuk mengetahui kinerja perusahaan digunakan Balanced Scorecard (BSC). Hasil kajian menunjukkan bahwa manajemen mutu dianggap telah diimplementasikan dengan baik oleh pemilik perusahaan, karyawan, konsumen dan distributor. Hasil analisis BSC menunjukkan: (1) aspek keuangan yang sehat ditunjukkan dengan rasio rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas di atas 100%; (2) perspektif pelanggan menunjukkan dari kemampuan perusahaan untuk mempertahankan pelanggan 8 dari 13 (61,5%) telah setia selama 3 tahun; (3) proses bisnis internal cukup baik dari poin berdiri dari kemampuan inovasi dan operasi. Layanan purna jual tidak dilakukan dengan hati-hati; (4) organisasi belajar dan pertumbuhan dinyatakan oleh kepuasan karyawan cukup baik (96%). Sekelas industri kecil ChiDe Wrought Iron Design, penerapan ISO 9000 tampaknya tidak penting untuk diterapkan dengan alasan bahwa konsumen tidak memerlukan sertifikasi ISO 9000 sebagai jaminan mutu produk. Hal terpenting dan perlu dikembangkan perusahaan adalah komitmen terhadap mutu produk, efisiensi, efektivitas, produktivitas dan perbaikan berkelanjutan pada proses produksi.152 - 165
Strategi Peningkatan Konsumsi Ikan di Kota Depok, Jawa BaratIndonesia memiliki potensi ikan yang melimpah, tetapi tidak diikuti dengan tingkat konsumsi ikan dalam negeri yang tinggi. Dalam hal ini, perilaku, persepsi dan preferensi konsumen menjadi penting untuk diketahui. Tujuan penelitian ini menganalisis pola konsumsi ikan di masyarakat, menganalisis persepsi masyarakat terhadap produk ikan, mengidentifikasi preferensi masyarakat terhadap ikan dan menyusun strategi pengembangan peningkatan konsumsi ikan. Metode dalam kajian menggunakan analisis deskriptif dan analisis logit. Responden dalam kajian berjumlah 120 responden anggota rumah tangga. Hasil kajian menunjukkan pola yang meningkat seiring dengan semakin bertambahnya usia. Pilihan konsumsi ikan dalam bentuk segar mengalami pergeseran menjadi bentuk olahan seiring dengan meningkatnya pendidikan konsumen. Preferensi masyarakat terhadap ikan secara umum menunjukkan pola preferensi yang homogen. Hasil analisis logit dan uji khi kuadrat menunjukkan bahwa hanya terdapat satu faktor yang paling dominan mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi ikan, yakni usia. Strategi pengembangan produk yang perlu dilakukan adalah mendekatkan ikan segar yang bermutu baik kepada masyarakat dan pengembangan produk olahan ikan bakso ikan, nugget ikan dan ikan kaleng, pengenalan ragam produk olahan dengan media yang tepat, serta mendekatkan ikan kepada masyarakat dengan harga terjangkau.166 - 171
Bantuan dan Kemitraan terhadap Tingkat Pendapatan UMK Pengolahan Hasil Perikanan di IndonesiaUsaha Mikro dan Kecil mempunyai peran strategik dalam perekonomian nasional, terutama dalam penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan menumbuhkan aktivitas perekonomian di daerah. Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998, peranan UMK meningkat dengan tajam, karena usaha-usaha skala besar banyak yang rapuh dan berguguran akibat krisis ekonomi tersebut. Secara umum tujuan kajian ini adalah mengkaji hasil kebijakan dan memberikan masukan bagi pengambil keputusan tentang UMK. Secara khusus kajian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi jenis bantuan dan kemitraan yang diberikan pemerintah, swasta dan pelayanan koperasi terhadap UMK, (2) Menganalisis tingkat pendapatan UMK, (3) Menganalisis pengaruh bantuan dan kemitraan terhadap pendapatan UMK. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dengan tabulasi silang dan statistik inferensia dengan menggunakan Uji beda rata-rata, dengan memanfaatkan analisis ragam (ANOVA/Analysis of Variance). Secara umum, dari 1.785 contoh UMK terdapat 48,29% pelaku usaha berjenis kelamin laki-laki dan berusia 30-59 tahun (82,02%), dengan pendidikan (74,73%) SD ke bawah. UMK yang menerima bantuan dan kemitraan, kapasitas produksinya terdistribusi pada tingkat 51- 75% dan 75% ke atas. Terdapat 72,92% UMK yang menerima bantuan dan kemitraan yang mengalami kesulitan. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada rataan keuntungan UMK tanpa perlakuan dengan UMK yang menerima bantuan dan UMK yang menjalin kemitraan, tetapi tidak terdapat perbedaan nyata antara UMK tanpa perlakuan dengan UMK yang menerima bantuan sekaligus menjalin kemitraan.172 - 180
Usaha Budi Daya Pepaya Bangkok dengan Sistem Lahan SewaSalah satu bidang agribisnis yang memiliki prospek baik untuk pengembangan budi daya adalah tanaman Pepaya Bangkok, karena permintaan pasar masih besar, investasi payback period (PBP) yang cepat, harganya relatif stabil, dan panen terus menerus sepanjang tahun. Peluang pasar masih terbuka lebar, karena pasokan saat ini masih kurang. Objek kajian adalah budi daya pertanian Pepaya Bangkok, terletak di Prangkoan Desa Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tujuan kajian untuk (1) Menganalisis kelayakan usaha budi daya Pepaya Bangkok dengan lahan sendiri dan sistem sewa, serta (2) Mengidentifikasi kiat-kiat meningkatkan efisiensi budi daya Pepaya Bangkok yang paling optimal. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial menggunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), Sensitifitas, dan analisis Brean Even Point (BEP). Nilai NPV budi daya di lahan sendiri lebih tinggi Rp103.793.371,93, sementara di lahan sewa Rp60.069.785,97. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat bersih yang diterima dari budi daya di lahan sendiri lebih besar daripada sewa. Dilihat dari nilai IRR dan B/C ratio, menunjukkan bahwa nilai IRR dan B/C ratio untuk semua budi daya > 0, sehingga baik dengan mengolah di lahan sendiri, atau di lahan sewa memenuhi syarat untuk dilakukan. Bila dilihat dari BEP, BEP untuk budi daya lahan sendiri adalah 1.548 unit dan Rp6.190.661, sedangkan untuk di lahan sewa 6.972 unit dan Rp10.457.406,67. Perbandingan antara kelayakan finansial budi daya kedua tempat menunjukkan bahwa kedua jenis usaha, budi daya di lahan sendiri lebih layak dibudidayakan. Hal ini dapat dilihat dari kriteria kelayakan finansial budi daya di lahan sendiri memiliki nilai lebih baik.181 - 187



Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this