Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi budaya dalam upacara pernikahan adat suku Sangjit Hokkian di kota Bekasi. Sebagai bagian penting dalam perkawinan adat Tionghoa, tradisi Sangjit tidak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur, namun juga mencerminkan dinamika nilai-nilai budaya yang terus berkembang seiring modernisasi. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif, penelitian ini mengkaji pengalaman dan pendapat masyarakat Hokkian mengenai pelaksanaan adat Sangjit. Hasil penelitian menunjukkan ada dua pandangan utama di masyarakat. Gagasan pertama menekankan pentingnya menjaga keaslian tradisi Sangjit dengan mengadakan kirab sesuai aturan adat. Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa tradisi merupakan bagian dari identitas budaya yang harus dilestarikan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan nilai-nilai kekeluargaan. Di sisi lain, ada pandangan yang lebih pragmatis yang menyarankan penyederhanaan prosesi Sangjit agar lebih sesuai dengan kehidupan modern. Visi ini mengutamakan makna inti tradisi tanpa menekankan besar kecilnya atau rumitnya prosesi untuk mengurangi beban keuangan keluarga. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adat Sangjit di Kota Bekasi mencerminkan adaptasi budaya dalam menghadapi perubahan zaman. Tradisi ini tetap menjadi simbol cinta, keharmonisan, dan penghormatan, terlepas dari perbedaan cara pelaksanaannya. Penelitian ini juga memberikan wawasan tentang pentingnya dialog antar generasi untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian tradisi dan relevansi dalam konteks modern.