Serial The Law According To Lidia Poët menceritakan perjuangan Lidia Poët melawan diskriminasi terkait larangan perempuan untuk bekerja sebagai pengacara di kota Turin, Italia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memahami wacana perempuan yang muncul dalam serial The Law According To Lidia Poët. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori wacana Sara Mills, yang mencakup empat level wacana: karakter/peran, fragmentasi, fokalisasi, dan skemata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama perempuan dalam serial ini diposisikan sebagai subjek sekaligus objek dalam media. The Law According To Lidia Poët menggambarkan wacana perempuan yang berani, kuat, dan tegas sebagai subjek. Namun, perempuan juga masih diposisikan sebagai objek, dengan memperlihatkan perempuan dalam posisi subordinat dan mempertahankan stereotip yang mengharuskan perempuan tetap bekerja dalam ranah domestik. Pada posisi penulis-pembaca, keduanya ditempatkan di pihak perempuan. Meskipun Lidia digambarkan sebagai subjek yang aktif, hal itu tidak membuatnya mudah untuk mempraktikkan kekuasaan dalam realitas sosial yang ada. Dalam fokalisasinya, kreator serial The Law According To Lidia Poët seakan ingin menampilkan Lidia sebagai tokoh perempuan yang berdaya, melawan struktur patriarki, dan berjuang memperjuangkan hak-haknya, dengan menyajikan sudut pandang yang berfokus pada perspektif Lidia. Namun, dalam skemata, perjuangan Lidia pada akhirnya mencerminkan kenyataan bahwa perempuan seperti dirinya masih sering kali terjebak dalam wacana dominan yang ada.