Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana remaja perempuan menerima, menafsirkan, dan merespons pesan tentang toxic relationship dalam konten TikTok dengan menggunakan teori resepsi Stuart Hall. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan metode wawancara kepada lima informan perempuan berusia 20-22 tahun yang berdomisili di Kabupaten Bekasi dan memiliki pengalaman dalam hubungan toxic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja perempuan memiliki variasi dalam memahami dan merespons konten tersebut. Sebagian besar informan berada dalam posisi negotiated position, di mana mereka setuju dengan pesan yang disampaikan tetapi tetap menyesuaikan dengan pengalaman pribadi mereka. Beberapa informan berada dalam dominant-hegemonic position, menerima sepenuhnya pesan yang disampaikan dalam konten, sedangkan lainnya berada dalam oppositional position, menolak atau mengkritisi narasi yang ada. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa media sosial, terutama TikTok, bukan hanya sekadar sarana hiburan, tetapi juga menjadi media edukasi yang dapat meningkatkan kesadaran remaja terhadap hubungan yang sehat dan tidak sehat. Penelitian ini memberikan wawasan bagi remaja agar lebih kritis dalam menerima informasi dari media sosial. Selain itu, temuan ini juga menjadi dasar bagi orang tua, pendidik, dan pembuat konten dalam mengembangkan strategi edukatif yang lebih efektif mengenai hubungan interpersonal di era digital.