Tingginya produksi serasah daun di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, yang mencapai 20,8 kg/hari, belum dikelola secara optimal dan umumnya hanya dibakar. Pengelolaan seperti ini menyebabkan pencemaran udara serta meningkatkan emisi gas rumah kaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan bioaktivator dalam mempercepat proses pengomposan serasah daun guna menghasilkan kompos yang berkualitas. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan menerapkan tujuh variasi perlakuan, yaitu tiga variasi menggunakan bioaktivator EM4, tiga variasi menggunakan bioaktivator M-21, serta satu variasi tanpa bioaktivator sebagai kontrol. Parameter yang diukur meliputi bau, warna, tekstur, pH, suhu, rasio C/N, C, N, P, K. Pengukuran pH dan suhu dilakukan secara berkala selama 21 hari dengan pemantauan perubahan fisik kompos setiap tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan parameter fisik kompos pada variasi 2 sampai dengan variasi 7 sudah sesuai dengan SNI dan hanya variasi 1 tanpa aktivator yang masih belum memenuhi SNI. Untuk parameter kimia seperti pH, suhu, rasio C/N, C, N, P, dan K pada variasi 2 sampai dengan variasi 7 menghasilkan kompos yang lebih matang dengan pH stabil, suhu optimal, serta kandungan unsur hara yang lebih tinggi dibandingkan variasi tanpa bioaktivator. Sebaliknya, variasi tanpa bioaktivator menunjukkan hasil yang kurang optimal, dengan waktu dekomposisi yang lebih lama dan hasil penyusutan berat kompos paling besar ada pada variasi 2 dengan total penyusutan 45%. Berdasarkan penelitian ini, penggunaan bioaktivator dalam pengomposan serasah daun terbukti efektif dalam meningkatkan efisiensi serta kualitas hasil akhir kompos. Kata kunci: Bioaktivator, Kompos, Sampah Organik, Serasah Daun.