Radikalisasi pemahaman agama di kalangan remaja merupakan isu yang semakin mengkhawatirkan, terutama di lingkungan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam. Pesantren memiliki peran strategis dalam membentuk karakter dan pemahaman keagamaan yang moderat di kalangan santri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji model komunikasi yang diterapkan oleh pengasuh pondok pesantren dalam upaya mencegah radikalisasi pemahaman agama di kalangan santri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus di Pesantren Al-Fath Bekasi. Teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah Teori Konstruktivisme Komunikasi Antarpribadi, yang menekankan bahwa pemahaman seseorang terhadap suatu konsep dibentuk melalui pengalaman dan interaksi sosial. Model komunikasi yang diterapkan oleh pengasuh pesantren menjadi fokus utama dalam memahami strategi komunikasi yang efektif dalam membangun pemahaman keagamaan yang moderat di kalangan santri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model komunikasi yang digunakan pengasuh bersifat interpersonal-dialogis, simbolik, dan reflektif. Komunikasi dibangun melalui diskusi terbuka, pendekatan personal, serta penggunaan simbol keislaman dan keteladanan perilaku. Santri diberi ruang untuk berpikir kritis, berdialog, dan menginternalisasi nilai keagamaan secara kontekstual. Kesimpulannya, pencegahan radikalisasi di Pondok Pesantren Al-Fath tidak dilakukan secara instruktif, melainkan melalui komunikasi yang partisipatif dan penuh makna simbolik. Pengasuh berperan sebagai fasilitator utama dalam membentuk pemahaman agama yang moderat dan toleran di kalangan santri.