Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal yang terjadi antara pasangan suami istri pasca perceraian, khususnya dalam konteks pengasuhan dan pembagian biaya hidup anak. Penelitian ini didasari oleh tingginya angka perceraian yang terjadi di Kota Bekasi dan pentingnya peran komunikasi antar mantan pasangan dalam menjaga kesejahteraan anak. Metode yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan Teori Dialektika Relasional dari Baxter (1990) sebagai landasan teori. Teori ini digunakan karena mampu menjelaskan dinamika relasi interpersonal yang penuh dengan kontradiksi, seperti kebutuhan akan keterbukaan namun juga batasan privasi, atau kedekatan emosional yang tetap dibatasi oleh status hubungan yang telah berakhir. Dalam konteks pasca perceraian, teori ini relevan untuk memahami ketegangan dan negosiasi yang terjadi antara mantan pasangan dalam menjalani peran sebagai orang tua bersama. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi- terstruktur terhadap dua pasangan mantan suami istri yang berdomisili di Kota Bekasi. Data dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasilnya menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal tetap terjalin antara mantan pasangan pasca perceraian, khususnya untuk kepentingan anak seperti pengasuhan, pendidikan, dan pembiayaan. Faktor yang mempengaruhi kelancaran komunikasi di antaranya adalah kedewasaan emosional, kesadaran akan tanggung jawab terhadap anak, serta penggunaan teknologi dalam mempermudah interaksi. Meskipun terdapat kendala seperti konflik emosional atau keterbatasan ekonomi, mantan pasangan berusaha menjaga komunikasi agar tetap sehat dan profesional. Saran Diperlukan peningkatan kesadaran dan edukasi mengenai pentingnya komunikasi yang baik pasca perceraian, serta dukungan dari pihak keluarga dan institusi sosial dalam membantu proses transisi hubungan menjadi lebih adaptif dan produktif.