Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana audiens TikTok merespons dan memaknai konten bertema Marriage is Scary yang berkembang di media sosial. Tren ini mencerminkan kekhawatiran dan keraguan generasi muda terhadap institusi pernikahan yang dianggap menekan kebebasan individu serta mengabaikan dinamika relasi modern. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan teori resepsi Stuart Hall sebagai landasan analisis utama, penelitian ini melibatkan observasi konten, wawancara dengan pembuat dan penonton konten, serta dokumentasi dari platform TikTok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa audiens memiliki posisi decoding yang beragam: dominan, negosiasi, dan oposisi. Beberapa audiens menerima narasi pernikahan sebagai hal yang menakutkan karena pengalaman pribadi, trauma keluarga, tekanan sosial, dan ketidakpastian masa depan, sementara yang lain menafsirkannya secara kritis atau menolaknya dengan menghadirkan narasi positif. Gaya penyampaian konten yang jujur, santai, dan emosional terbukti menjadi daya tarik utama bagi penonton. Media sosial TikTok, melalui tren ini, tidak hanya menjadi ruang hiburan, tetapi juga ruang refleksi, diskusi, dan perlawanan terhadap konstruksi sosial pernikahan.refleksi, diskusi, dan perlawanan terhadap konstruksi sosial pernikahan.