Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana khalayak memahami dan merespons konten bertema toxic relationship pada sesi klien konseling berjudul “Sama Dia Sakit, Nggak Sama Dia Lebih Sakit” yang diunggah oleh akun TikTok @Sundarindah. Latar belakang penelitian ini dilandasi oleh maraknya kasus hubungan tidak sehat (toxic relationship) yang kerap kali tersembunyi dalam interaksi pasangan, serta meningkatnya penggunaan media sosial, khususnya TikTok, sebagai ruang berbagi pengalaman dan edukasi seputar isu psikologis. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode analisis resepsi menurut Stuart Hall (1980), yang membagi posisi khalayak ke dalam tiga kategori: dominan, negosiasi, dan oposisi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan dokumentasi terhadap komentar-komentar pada konten yang dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar khalayak berada dalam posisi dominan, yakni menerima sepenuhnya pesan dalam konten. Sebagian lainnya berada pada posisi negosiasi, di mana mereka setuju pada isi pesan namun masih terikat oleh pengalaman pribadi yang menyulitkan mereka untuk keluar dari hubungan toxic. Sementara itu, terdapat pula khalayak yang menempati posisi oposisi, yaitu menolak isi pesan dan memilih tetap bertahan dalam hubungan yang tidak sehat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan khalayak terhadap pesan media sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup, latar belakang sosial, serta kondisi psikologis masing-masing individu. TikTok sebagai media sosial juga terbukti menjadi sarana efektif dalam membangun kesadaran akan pentingnya mengenali dan menghindari toxic relationship.