Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang membagi struktur bingkai menjadi empat unsur: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Film dokumenter Seaspiracy dianalisis sebagai objek utama untuk mengungkap bagaimana narasi visual membentuk realitas atas kerusakan ekosistem laut dan eksploitasi dalam industri perikanan global. Teori komunikasi lingkungan dan teori framing media menjadi fondasi utama dalam mengurai makna yang dibangun oleh film melalui simbol, diksi, dan representasi visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film membingkai isu secara dramatis dan emosional, menghadirkan potret kekerasan terhadap hewan laut, data statistik yang mencengangkan, serta simbol- simbol kuat seperti darah paus dan jaring nelayan. Visual-visual ini bukan sekadar ilustrasi, melainkan pukulan batin yang menuntun penonton pada kesadaran kritis terhadap krisis ekologi global. Seaspiracy tak hanya berfungsi sebagai karya sinema, melainkan sebagai suara perlawanan, panggilan moral, dan medium komunikasi yang menantang keadaan yang ada.