Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman komunikasi pemain game online dalam menghadapi verbal abuse saat bermain Valorant. Verbal abuse dalam lingkungan game kompetitif sering kali menjadi fenomena yang dianggap biasa, namun dapat memberikan dampak signifikan terhadap pemain. Pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi digunakan untuk menggali makna dari pengalaman subjektif para pemain. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap tiga informan yang aktif bermain Valorant, kemudian dianalisis melalui reduksi data berdasarkan tujuh fokus utama: pengalaman pribadi, bentuk dan pola verbal abuse, respons dan strategi komunikasi, dampak emosional dan psikologis, interaksi sosial dalam game, budaya komunikasi dalam game, serta refleksi dan saran dari pemain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa verbal abuse kerap muncul dalam bentuk hinaan, makian, dan meremehkan kemampuan bermain, yang biasanya terjadi saat permainan berlangsung tidak sesuai harapan. Para pemain merespons dengan cara yang beragam, mulai dari diam, membalas, hingga menggunakan fitur mute atau melaporkan pelaku. Secara emosional, para pemain mengalami rasa kesal, jengkel, hingga stres ringan, namun tetap bertahan karena adanya solidaritas sesama pemain, hiburan dari permainan, serta keinginan untuk meningkatkan kemampuan. Budaya komunikasi dalam game Valorant dipengaruhi oleh dinamika kerja sama tim dan tekanan kompetitif, yang seringkali memicu tindakan verbal abuse. Meski begitu, para pemain menyadari pentingnya menjaga komunikasi yang sehat dan menyarankan peningkatan moderasi serta edukasi etika komunikasi dalam game. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi terhadap dinamika komunikasi dalam game online serta memberikan kontribusi terhadap pengembangan budaya bermain yang lebih sehat dan suportif.