Penelitian ini membahas tentang bentuk komunikasi toxic yang terjadi dalam fanwar antara dua komunitas fans tim esports terbesar di Indonesia, yaitu Evosfams dan Kingdom di kolom komentar TikTok pada akun @mpl.id.official. Bertujuan untuk menganalisis bentuk komunikasi toxic yang muncul dalam fanwar antara Evosfams dan Kingdom di kolom komentar akun TikTok @mpl.id.official berdasarkan konsep Commenting Culture yang dikemukakan oleh Renee Barnes (2018) yaitu, trolling, fanboys, dan lurking. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi dan dokumentasi secara digital terhadap kolom komentar pada konten tiktok yang berkaitan dengan pertandingan antara EVOS dan RRQ pada tanggal 19 April 2025. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi toxic terjadi secara bertahap melalui komentar-komentar seperti hinaan, ejekan, provokasi, dan sindiran antara komunitas fans. Komunikasi toxic dalam bentuk trolling sangat mendominasi, diikuti oleh bentuk fanboys yang membela timnya secara berlebihan, dan lurking yang hanya mengamati dan berkomentar yang tidak jelas di luar konteks agar menghindari konflik yang sedang terjadi. Ketiga bentuk komunikasi toxic ini yang memicu fanwar, membuat konflik secara berkelanjutan ini dapat mencerminkan kolom komentar yang tidak sehat. Saran dalam penelitian ini adalah untuk pemain professional agar menjaga jarak dalam bermain media sosial, untuk tim bisa membina komunikasi yang sehat dan mengedukasi komunitas fans agar menjunjung nilai sportifitas dan respect sesama tim dan komunitas fans, untuk komunitas fans lebih bijak dalam berkomentar di media sosial.