Perilaku quiet quitting menjadi sorotan dalam dunia kerja modern saat ini, terutama pada karyawan Generasi Z yang dikenal memiliki nilai dan ekspektasi berbeda terhadap pekerjaan. Quiet quitting mengacu pada sikap karyawan yang hanya menjalankan tugas formal tanpa keterlibatan lebih atau kontribusi lebih dan tanggung jawab pada pekerjaannya. Salah satu faktor yang diduga berperan dalam munculnya perilaku ini adalah job satisfaction. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dengan quiet quitting pada karyawan Generasi Z di PT X. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan jumlah sampel sebanyak 110 responden dari total populasi 154 karyawan generasi Z yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan meliputi Job Satisfaction Survey (JSS) dari Spector (1985) dan skala quiet quitting yang dikembangkan dari penelitian Mahand dan Caldwell (2023). Hasil analisis data menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) dan nilai koefisien korelasi Pearson sebesar 0,535**, yang menunjukkan adanya hubungan positif yang cukup kuat antara job satisfaction dan quiet quitting. Artinya, semakin tinggi kepuasan kerja, maka kecenderungan untuk melakukan quiet quitting akan semakin rendah. Simpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa kepuasan kerja memiliki peran penting dalam mencegah perilaku menarik diri dari keterlibatan kerja secara diam-diam. Oleh karena itu, disarankan agar manajemen perusahaan memberikan perhatian lebih terhadap faktor-faktor yang membentuk kepuasan kerja, seperti sistem penghargaan, lingkungan kerja yang suportif, serta kejelasan jenjang karir, guna meminimalkan risiko terjadinya quiet quitting di kalangan karyawan muda.