Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana beban kerja dapat menjadi prediktor terhadap burnout pada karyawan. Burnout merupakan suatu sindrom psikologis yang timbul akibat stres berkepanjangan di tempat kerja yang tidak dikelola dengan baik, ditandai dengan kelelahan emosional, sinisme, dan menurunnya pencapaian pribadi. Beban kerja yang berlebihan, baik secara fisik maupun mental, diyakini menjadi salah satu faktor utama yang memicu terjadinya burnout. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional dan analisis regresi linear sederhana untuk menguji hubungan antara beban kerja dan burnout pada karyawan PT. X yang berlokasi di Kota Bekasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh dengan total 35 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengukur burnout adalah Maslach Burnout Inventory (MBI) yang telah dimodifikasi, sedangkan beban kerja diukur menggunakan skala NASA-TLX. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara beban kerja dan burnout. Beban kerja terbukti secara statistik menjadi prediktor terhadap burnout, yang berarti semakin tinggi beban kerja yang dirasakan karyawan, maka tingkat burnout juga cenderung meningkat. Penelitian ini memberikan kontribusi teoritis dalam bidang psikologi industri dan organisasi serta memberikan masukan praktis bagi perusahaan dalam merancang beban kerja yang sesuai untuk meminimalkan risiko burnout. Saran yang dapat diberikan adalah pentingnya pengelolaan beban kerja yang lebih proporsional serta pemberian dukungan psikologis di lingkungan kerja untuk mencegah burnout pada karyawan.