Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dan proses self- acceptance pada anak perempuan yang mengalami fatherless. Fenomena fatherless dapat terjadi baik karena ketidakhadiran ayah secara fisik maupun emosional, dan hal ini berdampak besar terhadap pembentukan penerimaan diri pada individu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi deskriptif, serta teori Unconditional Self-Acceptance dari Albert Ellis sebagai landasan teoritis. Subjek penelitian adalah dua orang mahasiswi yang mengalami fatherless secara berbeda, satu karena pengasuhan oleh pihak lain dan satu karena relasi ayah yang tidak sehat. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur, observasi, dan dokumentasi, kemudian dianalisis dengan teknik reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses self-acceptance berlangsung secara dinamis dan penuh tantangan, ditandai dengan munculnya emosi negatif seperti marah, kecewa, dan insecure. Faktor yang mempengaruhi self-acceptance meliputi dukungan sosial, refleksi diri, serta kehadiran figur pengganti ayah. Salah satu temuan penting adalah peran sikap ikhlas sebagai unsur utama dalam membentuk penerimaan diri tanpa syarat. Saran dalam penelitian ini ditujukan kepada anak perempuan yang mengalami fatherless agar terus mengembangkan pemahaman dan kasih sayang terhadap diri sendiri, serta pentingnya mencari dukungan sosial yang positif. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas jumlah partisipan dan menggunakan pendekatan wawancara yang lebih terstruktur untuk mendapatkan data yang lebih kaya dan mendalam.

S11577

PSI 0145 2025

Bekasi

Tersedia