Industri pengolahan tahu merupakan salah satu sektor pangan yang tumbuh pesat di Indonesia, namun seringkali menghasilkan air limbah dengan kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solids (TSS), serta tingkat keasaman (pH) yang melebihi baku mutu. Salah satu pabrik tahu yang berlokasi di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, hingga saat ini belum memiliki IPAL. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi kedelai 300 kg per hari dan menghasilkan volume limbah cair mencapai 4,79 m3 /hari atau setara dengan 4.790 L/hari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik air limbah yang dihasilkan, menghitung debit limbah cair, serta merencanakan desain IPAL yang sesuai agar limbah dapat diolah hingga memenuhi baku mutu sesuai PermenLHK No. 5 Tahun 2014. Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Karakteristik limbah cair industri tahu sebelum pengolahan berdasarkan PermenLHK No. 5 Tahun 2014, menunjukkan bahwa semua parameter masih belum memenuhi baku mutu dengan nilai BOD sebesar 3.374 mg/L, COD sebesar 5.532 mg/L, TSS sebesar 486 mg/L, dan pH sebesar 4,63. Melihat potensi dampak pencemaran dari limbah cair industri tahu, maka pengolahan limbah secara tepat dan efektif sangat diperlukan. IPAL yang direncanakan terdiri dari bak ekualisasi, bak netralisasi, bak sedimentasi awal, bak biofilter anaerobik, dan bak reservoir. Setelah dilakukan perencanaan IPAL, kualitas limbah cair industri tahu mengalami penurunan dan memenuhi baku mutu dengan nilai BOD menjadi 141,71 mg/L, COD menjadi 281,22 mg/L, TSS menjadi 38,06 mg/L, dan pH meningkat menjadi 7.